Chapter 4
“Romie dan Masa Lalunya”
Tiga
hari berlalu, dan hari ini adalah hari dimana pengumuman yang ditunggu-tunggu
oleh para anggota kepolisian diumumkan. Hari itu Raka dan Romie berangkat ke
kantor bersama-sama. “Kau sepertinya sedang senang sekali Rom?” tanya Raka
kepada Romie. “Bagaimana tidak hari ini kan pengumuman hasil test waktu itu”
jawabnya. “Terus kenapa sepertinya kau senang sekali? Kau kan belum tentu
terpilih juga” tanya Raka heran. “Iya tidak apa-apa dong. Kan biar lebih
semangat saja. Bayangkan kalau sampai aku terpilih maka pangkatku naik dan kau
akan menjadi bawahanku. Terbayang olehku aku akan memerintahmu sesuka hatiku”
jawabnya dengan nada penuh kesenangan. “Terserah kau saja” balasnya malas.
Sebenarnya
Raka sudah tahu kalau tidak akan ada satupun anggota yang akan dinaikan
pangkatnya. Anggota yang terpilih akan dipasangkan chip didalam tangannya. Hal
yang masih belum diketahuinya adalah apa fungsi dari chip tersebut. Dia tidak
memberitahukan hal tersebut kepada sahabatnya itu karena itu adalah sebuah
rahasia.
Tak
lama mereka tiba dikantor. Mereka pun langsung menuju ruangan mereka. Pada saat
jam menunjukan pukul 09.00, terdengar sebuah pengumuman yang mengatakan bahwa seluruh anggota kepolisian
diharapkan untuk berkumpul diaula. Setelah mendengar pengumuman tersebut, seluruh
anggota kepolisian bergegas menuju ke aula. Sesampainya di Aula, para polisi itu
langsung berbaris dengan rapih. Dan tak berapa lama Bapak Jendral masuk ke
dalam Aula. Seluruh anggota polisi itu terlihat sangat berdebar-debar. Bapak
Jendral pun mulai berbicara “Sebelum saya mengumumkan siapa saja yang akan
terpilih, saya ingin memohon maaf atas keterlambatan dalam memberikan
pengumuman ini” katanya. “Kemudian saya juga ingin mengucapkan selamat kepada
anggota yang telah terpilih. Sekarang saya langsung umumkan siapa saja yang
telah terpilih” lanjutnya. Suasana aula pun semakin menegang hanya Raka yang
terlihat biasa saja. Kemudian Bapak Jendral mulai mengumumkan satu per satu siapa
saja yang lulus dalam test kemarin. Satu per satu nama disebutkan oleh Bapak
Jendral namun nama Romie tidak juga disebutkan. Romie mulai kehilangan
semangat, dia sudah berpikir kalau namanya tidak mungkin disebut.
Sampai
saat Bapak Jendral menyebutkan anggota keenam, yang lulus dalam test, membuat
Romie terkejut. “Dan anggota keenam yang berhasil dalam test kemarin adalah
Bripda Romie Suherman” ucap Bapak Jendral. Romie pun terkejut mendengar namanya
disebut oleh Bapak Jendral. Dia senang kegirangan, dilihatnya Raka kemudian dicengkramnya
kedua pundak Raka. “Kau dengar??? namaku disebut. Wohooooo…” ucapnya
kegirangan. “Iya aku dengar” jawabnya sambil merintih kesakitan karena
cengkraman Romie. “Sudah cepat maju sana” ucapnya lagi. “Persiapkan dirimu
untuk ku berikan perintah. haha” ucap Romie lagi. Raka hanya menggelengkan
kepala melihat kelakuan temannya itu.
Raka
tidak heran kalau Romie bisa terpilih. Kalau sedang berbicara dia memang
terlihat konyol namun ketika dia sedang bertugas Romie sangatlah serius. Dari
segi kemampuan pun Romie termasuk anggota polisi yang cekatan. Fisiknya pun
terbilang bagus. Jadi tak heran jika sahabatnya itu lulus dalam test kemarin.
Hanya saja ada satu hal aneh yang ada pada diri sahabatnya itu. Romie tidak
akan mau menerima tugas yang berhubungan dengan pembunuhan. Beberapa kali dia
menolak melakukan penyelidikan tentang kasus pembunuhan. Sampai suatu saat
Jendral marah dan mengancam akan menghapus namanya sebagai anggota kepolisian
dengan kata lain memecatnya sebagai seorang polisi jika Romie tidak mau
melakukan penyelidikan kasus pembunuhan yang terjadi pada waktu itu. Berharap
Romie akan takut dengan ancamannya itu, Bapak Jendral malah tercengang dengan
jawaban Romie. Romie menjawab dia lebih memilih dipecat daripada dia harus
melakukan penyelidikan kasus pembunuhan itu. Mendengar jawaban Romie itu Bapak
Jendral pun tidak bisa berkata apa-apa. Beruntung dia tidak jadi dipecat pada
waktu itu karena kelebihan lain yang dimiliki Romie. Tapi keanehan Romie yang
selalu menolak kasus pembunuhan masih menjadi misteri bagi Raka. Beberapa kali
dia bertanya kepada Romie kenapa dia selalu menolak kasus pembunuhan. Namun, Romie
tak pernah menjawabnya sekalipun. Akhirnya Raka mengambil kesimpulan kalau
temannya itu mungkin mempunyai kenangan buruk dengan pembunuhan.
Keenam
anggota polisi itu pun berjajar di depan podium. Kemudian Bapak Jendral
mengucapkan selamat sekali lagi kepada keenam polisi itu dan mengatakan kalau peresmian
kenaikan pangkatnya tidak akan dilakukan sekarang tapi nanti. Kemudian beliau
juga mengatakan setelah acara itu mereka berenam ditunggu oleh beliau
diruangannya. Acara pengumuman pun selesai. Dan para anggota polisi tersebut
membubarkan barisan dan melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Keenam polisi
terpilih tadi langsung menuju ruangan Bapak Jendral.
Di
ruangan Bapak Jendral, keenam polisi terpilih tadi berjajar didepan Bapak
Jendral. Kemudian Bapak Jendral mulai membuka pembicaraan. “Sekali lagi saya
ucapakan selamat kepada kalian” ucapnya. “Tapi ada satu hal yang kalian perlu
tau, test kemarin bukanlah untuk menaikan pangkat kalian” lanjutnya. Keenam
anggota itu tercengang mendengar ucapan Bapak Jendral. “Karena kalian memang
belum waktunya untuk naik pangkat. Namun, test kemarin adalah sebuah seleksi
untuk tanggung jawab yang lebih besar. Saya tidak menjelaskan tentang hal ini
sebelumnya karena hal ini adalah sebuah rahasia besar” lanjutnya. Mendengar
penjelasan Bapak Jendral keenam anggota kepolisian itu saling bertatapan satu
sama lain tanda kalau mereka kebingungan. “Maaf pak kalau boleh tahu tanggung
jawab apakah itu?” tanya salah seorang dari mereka. “Untuk mengetahui lebih
jelasnya nanti kalian ikut saya. Namun yang ingin saya pastikan disini adalah
apakah kalian siap menerima tanggung jawab ini?” tanya Bapak Jendral kepada
keenam polisi itu. Seketika suasana menjadi hening dan sekali lagi keenam
polisi itu saling memandang satu sama lain. Kemudian Romie memecahkan
keheningan di ruangan itu “Saya siap Pak” ucapnya. “Sebenarnya saya sedikit
kecewa karena tidak jadi naik pangkat. Namun, disisi lain saya berpikir kalau
tanggung jawab yang bapak maksud itu pastilah sangat penting sampai harus
dirahasikan. Karena itu saya merasa terhormat sudah dipilih untuk mengemban
tanggung jawab yang sangat penting itu. Jadi saya siap untuk melaksanakan
tanggung jawab tersebut” lanjutnya dengan tegas. Bapak Jendral pun tersenyum
mendengar ucapan Romie itu. Dan setelah mendengar ucapan Romie itu, kelima
polisi lainnya terlihat hilang keraguannya dan mereka pun menyatakan kalau
mereka siap mengemban tanggung jawab tersebut. Bapak Jendral pun senang
mendengar persetujuan dari keenam polisi tersebut.
“Baiklah
kalau begitu. Tapi kalian harus ingat kalian harus menjaga rahasia ini. Tidak
boleh ada satu orang pun yang tau termasuk pembicaraan kita hari ini. Kalian
mengerti?” tanyanya kepada keenam anggota polisi itu. “Mengerti pak” jawab
mereka serentak. “Baiklah kalau begitu sekarang kalian ikut dengan saya”
ucapnya. “oh iya sebelumnya ada yang bisa tolong pangilkan Raka? Suruh dia
keruangan ini sekarang” tanyanya. Romie keheranan dengan permintaan atasannya
itu. Kenapa Raka dipanggil? Apa dia ada hubungannya dengan hal ini? pikirnya.
Ditengah kebingungannya dia menawarkan diri untuk memanggil Raka.
Kemudian
Romie pun mencari Raka di ruangannya. Kebetulan Raka ada disana sedang
mengerjakan sesuatu. “Ka kau dipanggil Jendral ke ruangannya” ucapnya. “Ada
apa?” tanyanya. “Aku juga tidak tahu” jawab Romie singkat. Dan mereka berdua
pun berjalan ke ruangan Bapak Jendral. Romie yang masih bertanya-tanya kenapa
Raka dipanggil, mulai tidak tahan dan langsung bertanya kepada Raka. “Ka apa
kau tahu sesuatu soal pelatihan kemarin?” tanyanya kepada Raka sambil berjalan
menuju ruang Bapak Jendral. “Maksudmu?” Raka bertanya balik keheranan.
“Maksudku apa kau tahu tujuan dari pelatihan kemarin itu?” tanyanya lagi. Raka
kebingungan. Dia tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Akhirnya
dengan nada sedikit patah-patah dia menjawab “I..iya aku tahu. Semua juga tahu kan?
untuk mencari anggota yang layak untuk dinaikan pangkatnya. Memangnya ada hal
lain?” jawabnya sedikit terbata-bata. “Hmm…” gumam Romie dengan perasaan
curiga. “Kau ini kenapa sih?” sambil memalingkan mukanya agar wajahnya yang
gugup tidak terlihat oleh Romie. Tanpa sadar mereka sudah berada di depan
ruangan Bapak Jendral.






0 comments:
Post a Comment