About

Thursday, 1 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 4 PART 1

Chapter 4
“Romie dan Masa Lalunya”

Tiga hari berlalu, dan hari ini adalah hari dimana pengumuman yang ditunggu-tunggu oleh para anggota kepolisian diumumkan. Hari itu Raka dan Romie berangkat ke kantor bersama-sama. “Kau sepertinya sedang senang sekali Rom?” tanya Raka kepada Romie. “Bagaimana tidak hari ini kan pengumuman hasil test waktu itu” jawabnya. “Terus kenapa sepertinya kau senang sekali? Kau kan belum tentu terpilih juga” tanya Raka heran. “Iya tidak apa-apa dong. Kan biar lebih semangat saja. Bayangkan kalau sampai aku terpilih maka pangkatku naik dan kau akan menjadi bawahanku. Terbayang olehku aku akan memerintahmu sesuka hatiku” jawabnya dengan nada penuh kesenangan. “Terserah kau saja” balasnya malas.
Sebenarnya Raka sudah tahu kalau tidak akan ada satupun anggota yang akan dinaikan pangkatnya. Anggota yang terpilih akan dipasangkan chip didalam tangannya. Hal yang masih belum diketahuinya adalah apa fungsi dari chip tersebut. Dia tidak memberitahukan hal tersebut kepada sahabatnya itu karena itu adalah sebuah rahasia.
Tak lama mereka tiba dikantor. Mereka pun langsung menuju ruangan mereka. Pada saat jam menunjukan pukul 09.00, terdengar sebuah pengumuman yang  mengatakan bahwa seluruh anggota kepolisian diharapkan untuk berkumpul diaula. Setelah mendengar pengumuman tersebut, seluruh anggota kepolisian bergegas menuju ke aula. Sesampainya di Aula, para polisi itu langsung berbaris dengan rapih. Dan tak berapa lama Bapak Jendral masuk ke dalam Aula. Seluruh anggota polisi itu terlihat sangat berdebar-debar. Bapak Jendral pun mulai berbicara “Sebelum saya mengumumkan siapa saja yang akan terpilih, saya ingin memohon maaf atas keterlambatan dalam memberikan pengumuman ini” katanya. “Kemudian saya juga ingin mengucapkan selamat kepada anggota yang telah terpilih. Sekarang saya langsung umumkan siapa saja yang telah terpilih” lanjutnya. Suasana aula pun semakin menegang hanya Raka yang terlihat biasa saja. Kemudian Bapak Jendral mulai mengumumkan satu per satu siapa saja yang lulus dalam test kemarin. Satu per satu nama disebutkan oleh Bapak Jendral namun nama Romie tidak juga disebutkan. Romie mulai kehilangan semangat, dia sudah berpikir kalau namanya tidak mungkin disebut.
Sampai saat Bapak Jendral menyebutkan anggota keenam, yang lulus dalam test, membuat Romie terkejut. “Dan anggota keenam yang berhasil dalam test kemarin adalah Bripda Romie Suherman” ucap Bapak Jendral. Romie pun terkejut mendengar namanya disebut oleh Bapak Jendral. Dia senang kegirangan, dilihatnya Raka kemudian dicengkramnya kedua pundak Raka. “Kau dengar??? namaku disebut. Wohooooo…” ucapnya kegirangan. “Iya aku dengar” jawabnya sambil merintih kesakitan karena cengkraman Romie. “Sudah cepat maju sana” ucapnya lagi. “Persiapkan dirimu untuk ku berikan perintah. haha” ucap Romie lagi. Raka hanya menggelengkan kepala melihat kelakuan temannya itu.
Raka tidak heran kalau Romie bisa terpilih. Kalau sedang berbicara dia memang terlihat konyol namun ketika dia sedang bertugas Romie sangatlah serius. Dari segi kemampuan pun Romie termasuk anggota polisi yang cekatan. Fisiknya pun terbilang bagus. Jadi tak heran jika sahabatnya itu lulus dalam test kemarin. Hanya saja ada satu hal aneh yang ada pada diri sahabatnya itu. Romie tidak akan mau menerima tugas yang berhubungan dengan pembunuhan. Beberapa kali dia menolak melakukan penyelidikan tentang kasus pembunuhan. Sampai suatu saat Jendral marah dan mengancam akan menghapus namanya sebagai anggota kepolisian dengan kata lain memecatnya sebagai seorang polisi jika Romie tidak mau melakukan penyelidikan kasus pembunuhan yang terjadi pada waktu itu. Berharap Romie akan takut dengan ancamannya itu, Bapak Jendral malah tercengang dengan jawaban Romie. Romie menjawab dia lebih memilih dipecat daripada dia harus melakukan penyelidikan kasus pembunuhan itu. Mendengar jawaban Romie itu Bapak Jendral pun tidak bisa berkata apa-apa. Beruntung dia tidak jadi dipecat pada waktu itu karena kelebihan lain yang dimiliki Romie. Tapi keanehan Romie yang selalu menolak kasus pembunuhan masih menjadi misteri bagi Raka. Beberapa kali dia bertanya kepada Romie kenapa dia selalu menolak kasus pembunuhan. Namun, Romie tak pernah menjawabnya sekalipun. Akhirnya Raka mengambil kesimpulan kalau temannya itu mungkin mempunyai kenangan buruk dengan pembunuhan.
Keenam anggota polisi itu pun berjajar di depan podium. Kemudian Bapak Jendral mengucapkan selamat sekali lagi kepada keenam polisi itu dan mengatakan kalau peresmian kenaikan pangkatnya tidak akan dilakukan sekarang tapi nanti. Kemudian beliau juga mengatakan setelah acara itu mereka berenam ditunggu oleh beliau diruangannya. Acara pengumuman pun selesai. Dan para anggota polisi tersebut membubarkan barisan dan melanjutkan pekerjaannya masing-masing. Keenam polisi terpilih tadi langsung menuju ruangan Bapak Jendral.
Di ruangan Bapak Jendral, keenam polisi terpilih tadi berjajar didepan Bapak Jendral. Kemudian Bapak Jendral mulai membuka pembicaraan. “Sekali lagi saya ucapakan selamat kepada kalian” ucapnya. “Tapi ada satu hal yang kalian perlu tau, test kemarin bukanlah untuk menaikan pangkat kalian” lanjutnya. Keenam anggota itu tercengang mendengar ucapan Bapak Jendral. “Karena kalian memang belum waktunya untuk naik pangkat. Namun, test kemarin adalah sebuah seleksi untuk tanggung jawab yang lebih besar. Saya tidak menjelaskan tentang hal ini sebelumnya karena hal ini adalah sebuah rahasia besar” lanjutnya. Mendengar penjelasan Bapak Jendral keenam anggota kepolisian itu saling bertatapan satu sama lain tanda kalau mereka kebingungan. “Maaf pak kalau boleh tahu tanggung jawab apakah itu?” tanya salah seorang dari mereka. “Untuk mengetahui lebih jelasnya nanti kalian ikut saya. Namun yang ingin saya pastikan disini adalah apakah kalian siap menerima tanggung jawab ini?” tanya Bapak Jendral kepada keenam polisi itu. Seketika suasana menjadi hening dan sekali lagi keenam polisi itu saling memandang satu sama lain. Kemudian Romie memecahkan keheningan di ruangan itu “Saya siap Pak” ucapnya. “Sebenarnya saya sedikit kecewa karena tidak jadi naik pangkat. Namun, disisi lain saya berpikir kalau tanggung jawab yang bapak maksud itu pastilah sangat penting sampai harus dirahasikan. Karena itu saya merasa terhormat sudah dipilih untuk mengemban tanggung jawab yang sangat penting itu. Jadi saya siap untuk melaksanakan tanggung jawab tersebut” lanjutnya dengan tegas. Bapak Jendral pun tersenyum mendengar ucapan Romie itu. Dan setelah mendengar ucapan Romie itu, kelima polisi lainnya terlihat hilang keraguannya dan mereka pun menyatakan kalau mereka siap mengemban tanggung jawab tersebut. Bapak Jendral pun senang mendengar persetujuan dari keenam polisi tersebut.
“Baiklah kalau begitu. Tapi kalian harus ingat kalian harus menjaga rahasia ini. Tidak boleh ada satu orang pun yang tau termasuk pembicaraan kita hari ini. Kalian mengerti?” tanyanya kepada keenam anggota polisi itu. “Mengerti pak” jawab mereka serentak. “Baiklah kalau begitu sekarang kalian ikut dengan saya” ucapnya. “oh iya sebelumnya ada yang bisa tolong pangilkan Raka? Suruh dia keruangan ini sekarang” tanyanya. Romie keheranan dengan permintaan atasannya itu. Kenapa Raka dipanggil? Apa dia ada hubungannya dengan hal ini? pikirnya. Ditengah kebingungannya dia menawarkan diri untuk memanggil Raka.
Kemudian Romie pun mencari Raka di ruangannya. Kebetulan Raka ada disana sedang mengerjakan sesuatu. “Ka kau dipanggil Jendral ke ruangannya” ucapnya. “Ada apa?” tanyanya. “Aku juga tidak tahu” jawab Romie singkat. Dan mereka berdua pun berjalan ke ruangan Bapak Jendral. Romie yang masih bertanya-tanya kenapa Raka dipanggil, mulai tidak tahan dan langsung bertanya kepada Raka. “Ka apa kau tahu sesuatu soal pelatihan kemarin?” tanyanya kepada Raka sambil berjalan menuju ruang Bapak Jendral. “Maksudmu?” Raka bertanya balik keheranan. “Maksudku apa kau tahu tujuan dari pelatihan kemarin itu?” tanyanya lagi. Raka kebingungan. Dia tidak tahu apakah dia harus berkata jujur atau tidak. Akhirnya dengan nada sedikit patah-patah dia menjawab “I..iya aku tahu. Semua juga tahu kan? untuk mencari anggota yang layak untuk dinaikan pangkatnya. Memangnya ada hal lain?” jawabnya sedikit terbata-bata. “Hmm…” gumam Romie dengan perasaan curiga. “Kau ini kenapa sih?” sambil memalingkan mukanya agar wajahnya yang gugup tidak terlihat oleh Romie. Tanpa sadar mereka sudah berada di depan ruangan Bapak Jendral.

0 comments:

Post a Comment