Bapak Jendral hanya terdiam setelah mendengar
penjelasan Valeno. Bagaimana bisa dia melakukan kecerobohan sampai
menghilangkan nyawa anak buahnya sendiri pikirnya. Pikiran Bapak Jendral mulai
tak karuan karena merasa bersalah. “Maafkan saya… maafkan saya…” ucapnya sebari
melihat ke seluruh anak buahnya yang telah meninggal. “Karena kecerobohan saya
kalian kehilangan nyawa. Maafkan saya…” ucapnya lagi sambil menitikan air mata.
Valeno menghampiri Bapak Jendral dan mengelus pundaknya untuk menenangkannya.
“Sabar pak. Ini bukan hanya kesalahan Bapak. Ini juga kesalahan Saya dan
Yolland” ucapnya. Bapak Jendral tetap diam memandangi kelima anak buahnya yang
meninggal. Hari itu mereka semua berduka dengan meninggalnya kelima anggota
polisi tersebut.
Keesokan harinya Bapak Jendral memberitahukan
seluruh pihak kepolisian kalau kelima anggota yang terpilih kemarin telah
meninggal dunia. Karena hal yang berhubungan dengan pemasangan chip tersebut
masih harus dirahasiakan dengan terpaksa Bapak Jendral berbohong. Bapak Jendral
memberikan alasan kematian kelima anggotanya itu mengalami kecelakaan saat
mereka melakukan pelatihan khusus yang diadakan kemarin. Hanya Romie yang
selamat dari pelatihan tersebut. Seluruh anggota kepolisian pun berbela
sungkawa mendengar berita duka itu. Kemudian mereka memberi tahukan kabar duka
ini kepada keluarga masing-masing dan setelah itu mereka menguburkan kelima
temannya itu bersama-sama.
Seharian Raka tidak melihat keberadaan Romie. Dia
mulai mengkhawatirkan sahabatnya itu. Sepulangnya dari pemakaman, Raka langsung
menuju kostan Romie untuk melihat keadaan temannya itu. Ketika dia sampai
dikostan Romie, wanita pemilik kostan itu langsung menghampirinya. “Raka… Raka…
Apa yang terjadi dengan Romie?” tanya pemilik kostan. “Memang ada apa bu?” Raka
balik bertanya. “Kemarin sepulang kerja Romie terlihat tergesa-gesa. Wajahnya
terlihat ketakutan seperti habis melihat setan. Seharian pun dia tidak keluar
kamarnya. Sebenarnya apa yang terjadi Ka?” jelasnya dengan rasa khawatir. “Oh
begitu. Saya sendiri kurang tau bu karena itu saya kesini untuk mencari tahu”
jawab Raka pura-pura tidak mengetahui apa yang terjadi. “Kalau begitu kamu
cepat ke kamarnya ibu mulai mengkhawatirkan dia” ucap si ibu pemilik kostan.
“Baik bu, kalau begitu saya ke kamarnya dulu” Raka berpamitan.
Didepan kamar Romie, Raka mengetuk pintu kamarnya.
Namun tidak terdengar suara apa pun dari dalam. Raka mulai khawatir, diketuknya
pintu kamar Romie agak kencang namun tidak juga ada jawaban. Kemudan dia
mencoba membuka pintunya ternyata pintu kamarnya tidak dikunci. Raka langsung
masuk ke kamar Romie. Dilihatnya Romie yang sedang duduk sambil memeluk kedua
kakinya di pojok ruangan. Wajahnya terlihat lemas dan pucat, matanya merah
seperti orang yang tidak tidur, tubuhnya gemetaran. Romie saat itu benar-benar
ketakutan. Dia tidak pernah melihat sisi lain dari Romie ini karena biasanya
Romie selalu terlihat penuh energi. Dia tidak pernah terlihat takut dengan apapun
apalagi sampai seperti ini. Raka benar-benar sedih melihat temannya itu.
Kemudian dia mencoba mengajak berbicara Romie. “Rom
kau baik-baik saja?” tanyanya perlahan. “Aku tidak mau mati ka… tidak mau…
tidak mau” ucapnya sambil menggigil. “Rom tenangkan dirimu. Kau tidak akan
mati” ucap Raka. “BAGAIMANA AKU BISA TENANG SETELAH MELIHAT KEJADIAN KEMARIN
HAH?” mendadak Romie membentak. “Sabar Rom sabar” ucap Raka. “Aku tau
perasaanmu saat ini tapi cobalah untuk tenangkan dirimu” lanjutnya. “Kau tidak
tahu apa-apa ka. Kau tidak tahu apa yang aku rasakan saat ini” sahut Romie dengan
emosi sambil mulai menitikan air mata. “Tidak ada orang yang akan memaksamu
untuk memasang chip itu ke dalam tubuhmu Rom. Jadi kau bisa tenang karena itu
aku minta kau tenangkan dirimu” pinta Raka. Romie tidak menyahut omongan
sahabatnya itu. Dia kembali duduk dan memeluk kedua kakinya. Raka pun mulai
bingung apa yang harus dilakukannya agar bisa membuat sahabatnya itu kembali
seperti semula.
Kemudian dia teringat sebuah taman, tempat saat
Romie membawanya untuk menghilangkan stressnya. Suasana ditaman itu sangat
menyejukan sehingga bisa menenangkan pikiran. Dia berpikir lebih baik kalau
Romie diajaknya ke taman tersebut. “Ayo kita keluar Rom” ajak Raka. “Tidak mau”
jawab Romie singkat. “Ayolah kita jalan-jalan keluar sebentar sekedar
menyegarkan pikiran” ajak Raka lagi. Namun Romie tidak menjawab. “Aku tidak
pandai dalam merayu orang kalau kau tetap tidak mau akan aku paksa” ancamnya.
Namun Romie tetap diam tidak menyahut ancaman Raka. Kemudia Raka langsung
menarik tangan Romie secara paksa untuk mengajaknya keluar. “Apa yang kau
lakukan? Lepas” perintah Romie. “Aku tadi kan sudah bilang kalau kau tetap
tidak mau akan aku paksa” jelas Raka. “Raka ini tidak lucu lepaskan aku bilang”
perintah Romie lagi. “Tidak akan” balas Raka singkat. Romie mencoba melepaskan
diri dari cengkraman Raka namun tidak bisa. Dia tidak menyangka sahabatnya itu
mempunyai tenaga sekuat itu. Selama ini dia berpikir kalau sahabatnya itu
lemah. Akhirnya dia menyerah. “Baik aku akan pergi keluar denganmu jadi
lepaskan” pintanya. Raka pun melepaskan cengkramannya.






0 comments:
Post a Comment