About

Friday, 30 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 10 PART 2

Romie dan Kiky terkejut saat melihat desa tersebut karena desa itu tidak seperti desa pada umumnya. Desa itu berada dibawah tanah dengan luas yang hanya sebesar dua kali lapangan sepak bola dan hanya ada sepuluh rumah disitu. Rumah-rumah itu berbentuk sama seperti rumah adat orang Kalimantan. Satu rumah yang paling besar berada di paling belakang, empat rumah yang lebih kecil disebelah kiri rumah besar itu dan lima rumah, yang berukuran sama dengan empat lainnya, berada di sebelah kanan. Semua rumah itu membentuk setengah lingkaran. Dan tepat ditengah-tengahnya terdapat sebuah tumpukan kayu yang telah terbakar. Sepertinya itu tempat untuk membuat api unggun. Walaupun desa itu berada di bawah tanah tapi desa itu tidak dikelilingi dengan tanah. Para warga telah menutup tanah-tanah yang mengitari desa tersebut dengan bata dan semen layaknya rumah pada umumnya.
Ketika Romie dan Kiky memasuki desa itu, seluruh warga tercengang melihat kedatangan mereka. “Krisna apa kamu sudah gila membawa orang asing masuk ke sini?” kata salah seorang dari mereka. Suasana pun jadi ribut karena saling berbisik satu sama lain. “Tenang teman-teman. Mereka bukan orang jahat dan mereka butuh bantuan karena itu aku membawa mereka kemari” ucap pria itu yang ternyata bernama Krisna. “Kamu kan bisa membantu orang luar seperti biasanya saja tidak perlu membawa mereka sampai kesini” ucap salah seorang dari mereka lagi. “Justru itu, karena aku tidak tahu harus menggunakan ramuan apa makannya aku membawa mereka kemari. Gadis kecil ini sudah membantu Toru menyembuhkan kaki Toru yang terluka. Jadi aku tidak merasa kalau mereka adalah orang jahat” jelas Krisna. Para warga itu saling menatap satu sama lain karena masih merasa bingung. “Memangnya mereka kenapa? Sampai kau harus membawa mereka kemari” tanya salah seorang dari mereka. “Kaka gadis ini terkena racun yang masih tidak tahu apa penawarnya. Pada awalnya mereka kesini untuk mengambil Tanaman Tuhan yang akan digunakan untuk menyembuhkan teman mereka. Tetapi karena suatu hal mereka kehilangan tanaman itu dan sekarang kaka gadis ini terkena racun yang sama. Racun yang mengenai kaka gadis ini bukanlah racun dari hewan melainkan racun dari bahan kimia. Aku sudah coba memeriksa kaka gadis ini tapi gejala yang ditumbulkan oleh racun itu belum pernah aku lihat karena itu aku tidak berani memberikan sembarang ramuan dan karena itulah aku membawa mereka kemari” jawab Krisna panjang lebar.
“Ketua tidak akan menyukai hal ini” kata salah satu dari mereka lagi. “Aku yang akan bertanggung jawab” balas Krisna tenang. Kemudian keluar seorang kakek-kakek dari rumah yang paling besar. Kakek tersebut kemudian berjalan ke arah para warga yang sedang berkumpul. “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya kakek itu. Kemudian salah seorang dari warga itu mengadukan tindakan Krisna. “Krisna apa kau yakin dengan tindakanmu?” tanya kakek itu setelah mengetahui apa yang sedang terjadi. “Aku yakin dan aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu” jawab Krisna meyakinkan. Kemudian kakek itu melihat ke arah Romie dan Kiky. Lalu dia mulai berpikir. “Kalau begitu bawa mereka ke dalam rumahku” perintah Kakek itu lalu dia masuk ke dalam rumahnya. “Terimakasih ketua” jawab Krisna senang. Romie dan Kiky hanya diam daritadi karena mereka benar-benar bingung dengan suasana desa ini. “Ayo kita ke rumah ketua” ajak Pak Krisna. Kemudian mereka berjalan menuju rumah ketua desa itu. Saat melewati warga, Romie dan Kiky merasa tidak nyaman karena para warga membicarakan mereka sambil beribisik-bisik. Tapi akhirnya mereka tidak memperdulikan gunjingan para warga karena bagi mereka keselamatan Farhan lebih penting.
Rumah kakek itu terlihat luas karena tidak banyak ruangan di rumah itu. satu ruangan besar di tengah kemudian satu dapur dan satu ruangan lainnya disebelah kiri yang sepertinya ruangan itu adalah kamar tidur. Rumah itu hanya beralaskan bambu yang disusun sedemikiran rupa agar bambu tersebut dapat menahan berat badan manusia. “Tidurkan saja orang yang terkena racun itu disini” ucap kakek itu. Lalu Romie menurunkan Farhan dan menidurkannya di tengah-tengah ruangan yang luas. Lalu kakek itu memeriksa keadaan Farhan. Dia melihat wajah Farhan yang pucat dengan napas yang tidak teratur. Warna kulit Farhan mulai berubah menjadi ungu.
“Kamu benar Krisna, anak ini tidak bisa diobati dengan sembarang ramuan” ucap kakek itu. “Lalu sekarang bagaimana?” tanya Pak Krisna. “Aku dengar kalian kesini untuk mencari Tanaman Tuhan?” tanya Kakek itu kepada Romie dan Kiky. “Benar” jawab Romie sopan. “Begini tanaman itu adalah tanaman yang sangat istimewa. Tanaman itu benar-benar bisa menyembuhkan berbagai jenis racun tanpa terkecuali. Namun, karena tanaman itu sudah hilang jadi harus menunggu sepuluh tahun lagi untuk mendapatkan tanaman itu” ucap Kakek itu. Raut wajah Romie dan Kiky kembali terlihat sedih. “Sebenarnya saya mempunyai satu ramuan yang hampir menyerupai tanaman itu” ucap kakek itu lagi. “Benarkah?” tanya Kiky terlihat senang mendengar kabar baik itu. “Iya, saya membuat ramuan itu untuk mengantisipasi saat-saat seperti sekarang ini. Tapi saya masih ragu ramuan itu akan berhasil atau tidak untuk menyembuhkan adik ini karena seperti yang saya bilang tadi, ramuan itu hampir menyerupai yang berarti ramuan itu tidak sama persis dengan tanaman itu karena saya sendiri tidak bisa membuat ramuan yang sama persis dengan tanaman itu” ujar kakek itu. “Apa kalian tetap ingin mencoba ramuan itu?” tanya kakek itu. “Apa ada efek samping dari ramuan itu?” tanya Romie. “Ramuan itu memang bisa menyembuhkan berbagai jenis racun akan tetapi kalau racun di dalam tubuh anak ini lebih kuat daripada ramuan itu, maka ramuan itu bukannya menyembuhkan malah akan mempercepat penyebaran racun tersebut ke seluruh tubuh” jawab si kakek.
Romie dan Kiky terdiam mendengar penjelasan si kakek. Mereka bingung menentukan akan meminumkan ramuan tersebut kepada Farhan atau tidak. Lumayan lama keheningan menyelimuti rumah itu. Lalu tiba-tiba “Saya setuju untuk meminumkan ramuan itu kepada kakaku” ucap Kiky. “Apa kamu yakin Kiky?” tanya Romie. Kiky menganggukan kepalanya “Bagaimanapun juga kakaku akan menghadapi kematian. Jadi akan lebih baik kalau mecoba ramuan itu daripada tidak sama sekali” jawab Kiky. “Baiklah kalau kamu sudah yakin saya akan mengambilkan ramuannya” ucap kakek itu. Lalu kakek itu berdiri dan berjalan menuju ruangan yang berada disebelah kiri. Setelah itu dia keluar dengan membawa botol kecil yang terbuat dari bambu. Dia membuka botol tersebut lalu meminumkan cairan yang ada di dalam botol itu kepada Farhan.
Suasana berubah menjadi tegang. Jantung Kiky berdebar kencang setelah melihat Farhan meminum ramuan itu. Perasaan yang sama dirasakan pula oleh Romie. Mereka melihat keadaan Romie dengan penuh kecemasan. Setelah Farhan meminum ramuan tersebut, belum terlihat adanya reaksi dari ramuan itu. Tubuh Farhan masih terlihat sama, nafas yang tidak teratur, wajah pucat dan warna keunguan ditubuhnya semuanya masih sama. Kiky mulai khawatir kalau ramuan itu tidak bekerja. Lima menit berlalu dan kondisi tubuh Farhan masih terlihat sama bahkan lima menit kemudian suhu tubuhnya malah naik. Kiky pun panik “Kakek kenapa suhu tubuh kakaku jadi naik? Apa ini wajar?” tanyanya. “Iya ini adalah hal yang wajar. Jadi tenang saja. Naiknya suhu tubuh adalah pertanda kalau ramuannya sedang bekerja di dalam tubuhnya” jawab kakek itu. Kiky sedikit lega mendengar jawaban tersebut. “Efek ramuan tersebut baru akan terlihat setelah suhu tubuhnya normal kembali” tambah kakek itu.
Sepuluh menit kemudian suhu tubuh Farhan secara perlahan mulai normal kembali. Setelah suhu tubuhnya nomal, raut wajah Farhan berubah seperti sedang menahan rasa sakit. Sekitar sepuluh menit Farhan terlihat begitu. Setelah itu dia mulai tenang, nafasnya secara perlahan mulai teratur. Wajah pucatnya mulai menghilang dan warna ungu ditubuhnya juga mulai menghilang secara perlahan. Kiky senang ketika melihat kondisi kakanya yang mulai membaik. “Kakek apa ini artinya ramuan kakek berhasil?” tanya Kiky. “Sepertinya begitu” jawab si kakek tersenyum. Kiky sangat senang mendengar jawaban itu. Tidak hanya Kiky, Pak Krisna dan Romie pun terlihat senang ketika mengetahui kalau ramuan ketua desa itu ternyata berhasil menyembuhkan Farhan. “Untuk sementara biarkan Farhan beristirahat dulu hingga kondisinya benar-benar pulih” ucap kakek itu. Romie dan Kiky mengangguk pertanda mengerti. “Emm begini pak…” ucap Romie tiba-tiba. “Ada apa?” tanya si kakek. “Sebenarnya tujuan kami ke gua ini mencari tanaman itu untuk menyembuhkan sahabat saya. Bolehkah saya meminta ramuan itu untuk sahabat saya?” tanya Romie sopan. “Tentu saja boleh. Tetapi ramuannya habis, jadi saya harus membuatnya terlebih dahulu. Jadi kalian harus menunggu” jawab kakek itu. “Baik pak kami akan menunggu. Terima kasih banyak” ucap Romie dengan senang. “Sama-sama. Sambil menunggu beristirahatlah disini. Kalian tampak sangat lelah” balas si kakek. Romie mengangguk. Dan kemudian kakek itu pergi kebelakang rumahnya untuk mulai membuat ramuannya.

0 comments:

Post a Comment