Romie
dan Kiky terkejut saat melihat desa tersebut karena desa itu tidak seperti desa
pada umumnya. Desa itu berada dibawah tanah dengan luas yang hanya sebesar dua
kali lapangan sepak bola dan hanya ada sepuluh rumah disitu. Rumah-rumah itu
berbentuk sama seperti rumah adat orang Kalimantan. Satu rumah yang paling
besar berada di paling belakang, empat rumah yang lebih kecil disebelah kiri
rumah besar itu dan lima rumah, yang berukuran sama dengan empat lainnya,
berada di sebelah kanan. Semua rumah itu membentuk setengah lingkaran. Dan
tepat ditengah-tengahnya terdapat sebuah tumpukan kayu yang telah terbakar.
Sepertinya itu tempat untuk membuat api unggun. Walaupun desa itu berada di
bawah tanah tapi desa itu tidak dikelilingi dengan tanah. Para warga telah
menutup tanah-tanah yang mengitari desa tersebut dengan bata dan semen layaknya
rumah pada umumnya.
Ketika
Romie dan Kiky memasuki desa itu, seluruh warga tercengang melihat kedatangan
mereka. “Krisna apa kamu sudah gila membawa orang asing masuk ke sini?” kata
salah seorang dari mereka. Suasana pun jadi ribut karena saling berbisik satu
sama lain. “Tenang teman-teman. Mereka bukan orang jahat dan mereka butuh
bantuan karena itu aku membawa mereka kemari” ucap pria itu yang ternyata
bernama Krisna. “Kamu kan bisa membantu orang luar seperti biasanya saja tidak
perlu membawa mereka sampai kesini” ucap salah seorang dari mereka lagi.
“Justru itu, karena aku tidak tahu harus menggunakan ramuan apa makannya aku membawa
mereka kemari. Gadis kecil ini sudah membantu Toru menyembuhkan kaki Toru yang
terluka. Jadi aku tidak merasa kalau mereka adalah orang jahat” jelas Krisna.
Para warga itu saling menatap satu sama lain karena masih merasa bingung.
“Memangnya mereka kenapa? Sampai kau harus membawa mereka kemari” tanya salah
seorang dari mereka. “Kaka gadis ini terkena racun yang masih tidak tahu apa
penawarnya. Pada awalnya mereka kesini untuk mengambil Tanaman Tuhan yang akan
digunakan untuk menyembuhkan teman mereka. Tetapi karena suatu hal mereka
kehilangan tanaman itu dan sekarang kaka gadis ini terkena racun yang sama.
Racun yang mengenai kaka gadis ini bukanlah racun dari hewan melainkan racun
dari bahan kimia. Aku sudah coba memeriksa kaka gadis ini tapi gejala yang
ditumbulkan oleh racun itu belum pernah aku lihat karena itu aku tidak berani
memberikan sembarang ramuan dan karena itulah aku membawa mereka kemari” jawab
Krisna panjang lebar.
“Ketua
tidak akan menyukai hal ini” kata salah satu dari mereka lagi. “Aku yang akan
bertanggung jawab” balas Krisna tenang. Kemudian keluar seorang kakek-kakek
dari rumah yang paling besar. Kakek tersebut kemudian berjalan ke arah para
warga yang sedang berkumpul. “Ada apa ini ribut-ribut?” tanya kakek itu. Kemudian
salah seorang dari warga itu mengadukan tindakan Krisna. “Krisna apa kau yakin
dengan tindakanmu?” tanya kakek itu setelah mengetahui apa yang sedang terjadi.
“Aku yakin dan aku akan bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu” jawab Krisna
meyakinkan. Kemudian kakek itu melihat ke arah Romie dan Kiky. Lalu dia mulai
berpikir. “Kalau begitu bawa mereka ke dalam rumahku” perintah Kakek itu lalu
dia masuk ke dalam rumahnya. “Terimakasih ketua” jawab Krisna senang. Romie dan
Kiky hanya diam daritadi karena mereka benar-benar bingung dengan suasana desa
ini. “Ayo kita ke rumah ketua” ajak Pak Krisna. Kemudian mereka berjalan menuju
rumah ketua desa itu. Saat melewati warga, Romie dan Kiky merasa tidak nyaman
karena para warga membicarakan mereka sambil beribisik-bisik. Tapi akhirnya
mereka tidak memperdulikan gunjingan para warga karena bagi mereka keselamatan
Farhan lebih penting.
Rumah
kakek itu terlihat luas karena tidak banyak ruangan di rumah itu. satu ruangan
besar di tengah kemudian satu dapur dan satu ruangan lainnya disebelah kiri
yang sepertinya ruangan itu adalah kamar tidur. Rumah itu hanya beralaskan
bambu yang disusun sedemikiran rupa agar bambu tersebut dapat menahan berat
badan manusia. “Tidurkan saja orang yang terkena racun itu disini” ucap kakek
itu. Lalu Romie menurunkan Farhan dan menidurkannya di tengah-tengah ruangan
yang luas. Lalu kakek itu memeriksa keadaan Farhan. Dia melihat wajah Farhan
yang pucat dengan napas yang tidak teratur. Warna kulit Farhan mulai berubah
menjadi ungu.
“Kamu
benar Krisna, anak ini tidak bisa diobati dengan sembarang ramuan” ucap kakek
itu. “Lalu sekarang bagaimana?” tanya Pak Krisna. “Aku dengar kalian kesini
untuk mencari Tanaman Tuhan?” tanya Kakek itu kepada Romie dan Kiky. “Benar”
jawab Romie sopan. “Begini tanaman itu adalah tanaman yang sangat istimewa.
Tanaman itu benar-benar bisa menyembuhkan berbagai jenis racun tanpa terkecuali.
Namun, karena tanaman itu sudah hilang jadi harus menunggu sepuluh tahun lagi
untuk mendapatkan tanaman itu” ucap Kakek itu. Raut wajah Romie dan Kiky
kembali terlihat sedih. “Sebenarnya saya mempunyai satu ramuan yang hampir
menyerupai tanaman itu” ucap kakek itu lagi. “Benarkah?” tanya Kiky terlihat
senang mendengar kabar baik itu. “Iya, saya membuat ramuan itu untuk
mengantisipasi saat-saat seperti sekarang ini. Tapi saya masih ragu ramuan itu
akan berhasil atau tidak untuk menyembuhkan adik ini karena seperti yang saya
bilang tadi, ramuan itu hampir menyerupai yang berarti ramuan itu tidak sama
persis dengan tanaman itu karena saya sendiri tidak bisa membuat ramuan yang
sama persis dengan tanaman itu” ujar kakek itu. “Apa kalian tetap ingin mencoba
ramuan itu?” tanya kakek itu. “Apa ada efek samping dari ramuan itu?” tanya
Romie. “Ramuan itu memang bisa menyembuhkan berbagai jenis racun akan tetapi kalau
racun di dalam tubuh anak ini lebih kuat daripada ramuan itu, maka ramuan itu
bukannya menyembuhkan malah akan mempercepat penyebaran racun tersebut ke
seluruh tubuh” jawab si kakek.
Romie
dan Kiky terdiam mendengar penjelasan si kakek. Mereka bingung menentukan akan
meminumkan ramuan tersebut kepada Farhan atau tidak. Lumayan lama keheningan
menyelimuti rumah itu. Lalu tiba-tiba “Saya setuju untuk meminumkan ramuan itu
kepada kakaku” ucap Kiky. “Apa kamu yakin Kiky?” tanya Romie. Kiky menganggukan
kepalanya “Bagaimanapun juga kakaku akan menghadapi kematian. Jadi akan lebih
baik kalau mecoba ramuan itu daripada tidak sama sekali” jawab Kiky. “Baiklah
kalau kamu sudah yakin saya akan mengambilkan ramuannya” ucap kakek itu. Lalu
kakek itu berdiri dan berjalan menuju ruangan yang berada disebelah kiri.
Setelah itu dia keluar dengan membawa botol kecil yang terbuat dari bambu. Dia
membuka botol tersebut lalu meminumkan cairan yang ada di dalam botol itu
kepada Farhan.
Suasana
berubah menjadi tegang. Jantung Kiky berdebar kencang setelah melihat Farhan
meminum ramuan itu. Perasaan yang sama dirasakan pula oleh Romie. Mereka
melihat keadaan Romie dengan penuh kecemasan. Setelah Farhan meminum ramuan
tersebut, belum terlihat adanya reaksi dari ramuan itu. Tubuh Farhan masih
terlihat sama, nafas yang tidak teratur, wajah pucat dan warna keunguan ditubuhnya
semuanya masih sama. Kiky mulai khawatir kalau ramuan itu tidak bekerja. Lima
menit berlalu dan kondisi tubuh Farhan masih terlihat sama bahkan lima menit
kemudian suhu tubuhnya malah naik. Kiky pun panik “Kakek kenapa suhu tubuh
kakaku jadi naik? Apa ini wajar?” tanyanya. “Iya ini adalah hal yang wajar.
Jadi tenang saja. Naiknya suhu tubuh adalah pertanda kalau ramuannya sedang
bekerja di dalam tubuhnya” jawab kakek itu. Kiky sedikit lega mendengar jawaban
tersebut. “Efek ramuan tersebut baru akan terlihat setelah suhu tubuhnya normal
kembali” tambah kakek itu.
Sepuluh
menit kemudian suhu tubuh Farhan secara perlahan mulai normal kembali. Setelah
suhu tubuhnya nomal, raut wajah Farhan berubah seperti sedang menahan rasa
sakit. Sekitar sepuluh menit Farhan terlihat begitu. Setelah itu dia mulai
tenang, nafasnya secara perlahan mulai teratur. Wajah pucatnya mulai menghilang
dan warna ungu ditubuhnya juga mulai menghilang secara perlahan. Kiky senang
ketika melihat kondisi kakanya yang mulai membaik. “Kakek apa ini artinya ramuan
kakek berhasil?” tanya Kiky. “Sepertinya begitu” jawab si kakek tersenyum. Kiky
sangat senang mendengar jawaban itu. Tidak hanya Kiky, Pak Krisna dan Romie pun
terlihat senang ketika mengetahui kalau ramuan ketua desa itu ternyata berhasil
menyembuhkan Farhan. “Untuk sementara biarkan Farhan beristirahat dulu hingga
kondisinya benar-benar pulih” ucap kakek itu. Romie dan Kiky mengangguk
pertanda mengerti. “Emm begini pak…” ucap Romie tiba-tiba. “Ada apa?” tanya si
kakek. “Sebenarnya tujuan kami ke gua ini mencari tanaman itu untuk
menyembuhkan sahabat saya. Bolehkah saya meminta ramuan itu untuk sahabat
saya?” tanya Romie sopan. “Tentu saja boleh. Tetapi ramuannya habis, jadi saya
harus membuatnya terlebih dahulu. Jadi kalian harus menunggu” jawab kakek itu.
“Baik pak kami akan menunggu. Terima kasih banyak” ucap Romie dengan senang.
“Sama-sama. Sambil menunggu beristirahatlah disini. Kalian tampak sangat lelah”
balas si kakek. Romie mengangguk. Dan kemudian kakek itu pergi kebelakang
rumahnya untuk mulai membuat ramuannya.






0 comments:
Post a Comment