Raka mengajak Romie ke sebuah taman yang sama seperti
pada saat Romie membawanya ketaman tersebut beberapa hari yang lalu. Suasana
ditaman itu masih sama seperti saat Romie membawanya ke situ. Suasana yang
teduh, tenang dengan udara yang sangat segar membuat pikiran menjadi tenang.
Raka pun membawa Romie duduk di tempat yang sama saat Romie membawa Raka waktu
itu.
“Udara disini memang segar” ucap Raka sambil berdiri
meregangkan tangannya keatas. Romie tidak menghiraukannya dan dia langsung
duduk. Wajahnya mencerminkan kalau dia masih kesal. “Bagaimana? apa perasaanmu
sudah tenang?” tanyanya kepada Romie. Romie tidak menjawab. “Apa kau ingat
tempat ini?” tanyanya lagi kepada Romie. “Tentu aku ingat. Aku sering melewati
taman ini. Bagaimana mungkin aku lupa” jawab Romie ketus. “Maksudku, apa kau
ingat ditempat inilah kau merubah cara berpikirku yang dahulu” jelas Raka.
Romie tidak menjawab dan hanya diam. “Aku ingin melakukan hal yang sama seperti
yang kau lakukan waktu itu. Aku tidak ingin melihatmu terus menerus murung
seperti itu Rom” jelasnya lagi. “Cobalah untuk melawan rasa takutmu itu Rom.
Aku yakin kau pasti bisa” pinta Raka. “Tidak bisa Ka. Kau tidak tahu seberapa
mengerikannya hal itu bagiku” balas Romie tubuhnya mulai menggigil kembali
mengingat kejadian kemarin. “Aku hanya ingin kau tahu Rom. Sekalipun seluruh
keluargamu telah meninggal bukan berarti kau sendirian. Kau masih mempunyai
teman yaitu aku. Aku hanya ingin kau berbagi kesedihanmu denganku. Jangan kau
pendam sendiri. Aku ingin sekali membantumu Rom agar kau bisa kembali seperti
dirimu yang dulu” ucap Raka.
“Aku takut Ka. Kejadian itu terlalu mengerikan
buatku. Aku tidak tahu bagaimana caranya menghilangkan rasa takutku ini” ucap
Romie. “Rasa takut itu menandakan kalau kau adalah seorang manusia biasa sama
seperti yang lainnya. Rasa takutmu itu adalah sebuah kenangan yang berharga
dimasa lalumu. Jadi mempunyai rasa takut itu adalah hal yang wajar sebagai
seorang manusia. Kau tidak perlu menghilangkan rasa takutmu itu Rom. Yang perlu
kau lakukan adalah melawannya. Cobalah untuk melawan rasa takutmu itu agar kau
menjadi orang yang lebih kuat dan biarkan rasa takutmu itu hanya menjadi sebuah
kenangan dan bukan untuk ditakuti” ucap Raka menasehati Romie. “Maksudmu aku
harus merubah ketakutanku akan kematian menjadi sebuah kenangan? Apa kau gila?”
balas Raka sedikit emosi. “Bukan begitu, maksudku rasa takutmu akan kematian,
melihat mayat dan yang lainnya disebabkan oleh kejadian pembantaian keluargamu.
Kau berpikir kalau kejadian pembantaian itu adalah hal yang sangat mengerikan. Jadi
menurutku kalau kau bisa merubah pola berpikirmu dengan menganggap kejadian itu
hanya sebuah kenangan pahit dimasa lalu dan tidak berpikir kalau kejadian itu
adalah sebuah kejadian buruk yang mengerikan. Aku rasa ketakutanmu akan
kematian akan hilang dengan sendirinya” jelas Raka lagi. “Mudah untukmu
berbicara tapi aku yang melakukannya tidak semudah itu” balas Romie. “Aku tidak
menyuruhmu untuk langsung merubah pola pikirmu Rom. Semua ada prosesnya aku
tahu itu. Yang terpenting adalah kau mau mencobanya Rom. Jadi cobalah pelan-pelan
merubah cara berpikirmu itu. Dan suatu hari aku yakin kau pasti bisa merubah
cara berpikirmu itu walaupun butuh waktu lama” ucap Raka lagi sambil tersenyum.
“Bagaimana?” tanyanya kepada Romie.
Romie mulai memikirkan kata-kata temannya itu, dia diam
beberapa menit mencerna ucapan Raka tadi. Tak lama dia menarik napasnya
dalam-dalam kemudian membuangnya secara perlahan. Tubuhnya terlihat normal sudah
tidak menggigil lagi. Wajah pucatnya pun mulai menghilang. Kondisinya secara
perlahan mulai normal seperti sedia kala. “Ucapanmu ada benarnya juga Ka.
Baiklah aku akan mencoba” ucap Romie dengan tenang. Raka pun tersenyum lega mendengar
ucapan sahabatnya itu.
“Nah sekarang masalah pemasangan chip…” Raka belum
menyelesaikan kalimatnya namun Romie memotong. “Tidak mau Ka. Aku belum siap
untuk dipasangkan chip itu” selanya. “Kau ini senang sekali memotong
pembicaraan orang” ucapnya. “Tadi aku khan sudah bilang berkali-kali tidak akan
ada orang yang memaksamu untuk memasangakan chip itu ditubuhmu Rom. Jendral
malah mengkhwatirkan keadaanmu karena kau terlihat sangat shock kemarin dan tidak
datang dipemakaman tadi. Dia mengatakan kalau dia tidak akan memaksamu untuk
memasangkan chip itu ditubuhmu. Jadi kau bisa tenang” jelasnya. “Oh begitu”
balas Romie lega.
Setelah itu Romie dan Raka terus berbincang-bincang membahas
berbagai macam hal. hingga petang menjelang. Setelah itu mereka pulang ke rumah
masing-masing. Raka sangat senang dan lega melihat kondisi Romie yang sudah
mulai kembali seperti Romie yang dikenalnya.






0 comments:
Post a Comment