About

Friday, 9 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 6 PART 2

Tak lama Bapak Jendral, Raka dan Romie sampai di rumah Valeno. Valeno menyambut kedatangan mereka dan mempersilahkan mereka untuk masuk. Kemudian mereka duduk di ruang tamu dan memulai obrolan mereka. “Nampak sepi. Kemana yang lainnya?” tanya Bapak Jendral berbasa-basi. “Damar, Farhan dan Kiky sedang keluar sedangkan Yolland sepertinya ada di laboratorium” jawab Valeno. “Oh begitu. Kalau gitu tanpa basa-basi lagi kita langsung mulai saja” ucap bapak Jendral. “Seperti yang sudah kita rencanakan saya sudah membawa Raka kesini dan selanjutnya kamu yang akan menjelaskan kenapa saya membawa Raka kemari” ucap Bapak Jendral kepada Valeno. “Baiklah kalau begitu” balas Valeno. “Begini Raka, karena dari pemasangan chip kemarin hanya kamu yang berhasil, saya ingin kamu masuk menjadi anggota tim kami. Apa kamu bersedia?” pinta Valeno kepada Raka. Raka terkejut mendengar permintaan Valeno itu. “Maksud anda? Saya menjadi salah satu anggota SS? Apa anda yakin?” tanya Raka. “Iya benar. Karena kami sedang membutuhkan orang dan hanya kamu yang berhasil dalam pemasangan chip kemarin. Jadi yakin atau tidak yakin saya tetap ingin kamu menjadi salah satu anggota SS” jelas Valeno.
Raka tidak menjawab, dia berpikir keras apa dia harus menerima tanggung jawab itu atau tidak. Sebagai polisi saja Raka sudah malas-malasan bagaimana kalau menjadi anggota SS yang tanggung jawabnya sebenarnya lebih besar daripada polisi. Kemudian dia melihat kearah Romie yang duduk di depannya. Romie memberi isyarat untuk menerimanya. Tetapi Raka masih ragu.
“Bagaimana Raka?” tanya Valeno lagi. “Saya tidak tahu harus menjawab apa. Saya bingung” jawabnya. “Sebenarnya saya tidak akan memaksamu untuk bergabung dengan kami. Tetapi saya sangat berharap kalau kamu bersedia menjadi salah satu anggota dari kami” ucap Valeno. Raka tidak menjawab apa-apa. Dia masih berpikir kemungkinan-kemungkinan yang terjadi kalau dia menjadi anggota SS dan itu membuatnya semakin tidak mau menjadi anggota SS. Tiba-tiba Romie berkata “Bolehkah saya keluar sebentar mengobrol berdua dengan Raka?” pinta Romie kepada Valeno. Valeno melihat kearah Jendral. Jendral menganggukan kepalanya memberi tanda kepada Valeno agar dia mengijinkan Romie berbicara berdua dengan Raka. “Baiklah kalau begitu silahkan” jawab Valeno kepada Romie. Kemudian Romie mengajak Raka untuk berjalan-jalan diluar.
Sambil berjalan mereka berdua mengobrol. “Aku tahu kau pasti tidak akan mau menerima tawaran itu” ucap Romie. Raka menganggukan kepalanya. “Sebenarnya aku tidak akan memaksakanmu untuk menerima tawaran itu karena aku tahu seberapa beratnya kau menjadi seorang Polisi apalagi sampai menjadi anggota Special Squad. Aku tidak habis pikir bagaimana kau akan menjalaninya” ucap Romie lagi. “Tapi apa kau tidak berpikir kalau ini adalah takdirmu?” tanya Romie. “Maksudmu?” tanya Raka heran. “Iya kau kan tidak senang menjadi Polisi lebih senang menjadi seorang chef. Tapi nyatanya kau tidak menjadi chef seperti yang kau inginkan. Kau malah menjadi seorang polisi yang tidak pernah sama sekali kau harapkan. Dan sekarang hanya kau yang ditawari menjadi salah satu anggota SS. Padahal sebelumnya ada enam kandidat termasuk aku yang bersedia menjadi anggota SS namun tidak satupun dari kita yang menjadi anggota SS. Apa menurutmu ini bukan takdirmu? Karena kalau menurutku ini adalah takdirmu” jelas Raka.
“Tapi aku tidak mau. Aku tidak bisa Rom. Kau tahu sendiri kan” balas Raka. “Menurutku kalau memang ini adalah takdirmu, sebenarnya kau pasti bisa. Hanya saja kau terus berpikir kalau kau tidak akan bisa karena itu kau menjadi merasa tidak bisa. Mungkin kalau kau merubah cara berpikirmu itu kau akan merasa bisa. Yah seperti apa yang kau katakan kemarin kepadaku untuk merubah cara berpikirku. Jadi kata-kata itu aku kembalikan kepadamu coba kau rubah cara berpikirmu” jelas Romie lagi. Raka tertegun mendengar penjelasan temannya itu. “Jadi menurutmu aku harus menerima tawaran itu?” tanya Raka. “Tidak harus sih. Hanya saja menurutku lebih baik kalau kau menerima tawaran itu karena aku berpikir kalau ini semua adalah takdirmu. Tidak ada yang kebetulan kan di dalam hidup ini?” jawab Romie.
Raka masih bingung dia terus berpikir menerima tawaran itu atau tidak dengan berbagai pertimbangan. “Begini saja” ucap Romie sambil menghentikan langkahnya. Raka pun ikut berhenti ketika melihat Romie menghentikan langkahnya. “Kau pasti tidak bisa berpikir jernih saat ini. Coba sekarang kau tarik napas dalam-dalam kemudian buang pelan-pelan. Tarik napas lagi dan buang lagi” pintanya. Raka mengikuti anjuran temannya itu. Ditariknya napasnya dalam-dalam sambil menutup matanya kemudian dibuangnya secara perlahan-lahan. Kemudian dilakukannya lagi berulang kali sambil memikirkan tawaran tadi. “Bagaimana apa sudah merasa tenang sekarang?” tanya Romie. “Sepertinya begitu” jawab Raka. “Jadi bagaimana keputusanmu?” tanya Romie lagi. Dengan tenang Raka menjawab “Sepertinya apa yang kau katakan tadi ada benarnya jadi aku akan menerima tawarannya” jawabnya. “Nah begitu dong. Itu baru namanya sahabatku” gurau Romie. Dan setelah itu mereka jalan-jalan sebentar kemudian mereka kembali ke rumah Valeno.
Sementara itu di rumah Valeno, Bapak Jendral mengobrol dengan Valeno memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan dilakukan jika Raka tidak akan menerima tawaran itu. “Apa menurut Bapak Raka akan menerima tawaran itu?” tanya Valeno kepada Bapak Jendral. “Saya sendiri tidak tahu. Namun kalau melihat dari kesehariannya selama menjadi Polisi saya ragu dia akan menerima tawaran itu” jawab Bapak Jendral cemas. “Kalau sampai dia tidak menerima tawaran itu apa yang akan kau lakukan” tanyanya kepada Valeno. “Saya masih belum tahu. Awalnya saya berniat untuk mencari lagi. Namun, Yolland terlihat sangat terpukul dengan kejadian kemarin. Sampai sekarang dia tidak mau untuk melakukan pemasangan chip lagi karena takut kejadian kemarin akan terulang kembali. Jadi saya tidak bisa melakukan apapun selama Yolland masih tetap seperti itu” jawab Valeno. “Sebenarnya saya bisa saja tetap melanjutkan untuk melakukan pemasangan chip tersebut hanya saja saya menghargai Yolland karena dialah yang menciptakan peralatan itu” lanjutnya. “Oh begitu. Jadi kamu akan menunggu Yolland sampai dia bersedia untuk memasangkan chip lagi?” tanya Bapak Jendral lagi. “Sepertinya begitu. Tapi saya tetap berharap kalau Raka akan menerima tawaran tersebut” jawab Valeno.
Tidak berapa lama Raka dan Romie datang. Kemudian Raka memberikan persetujuannya untuk menjadi salah satu anggota SS. Bapak Jendral dan Valeno sangat senang mendengar kabar baik itu. Kemudian Valeno mengajak Jendral, Raka dan Romie ke laboratorium yang berada di ruang bawah tanah.
Raka dan Romie terkagum-kagum saat masuk ke dalam laboratorium milik Yolland. Laboratorium itu cukup besar dengan beberapa set komputer yang berada di tengah-tengah dan ditata berjajar. Didepannya terdapat ruangan yang terbuat dari kaca, yang didalamnya terdapat sebuah kasur dengan peralatan yang sama seperti digedung rahasia. Disebelah kiri laboratorium itu terdapat ruangan yang tidak diketahui ada apa didalamnya. Pintu ruangan tersebut tidak sama seperti pintu pada umumnya. Pintu ruangan itu terbuat dari baja dan tidak ada gagang pintunya. Disebelah pintu tersebut menempel sebuah kotak kecil di dinding. Dan bagian kanan laboratorium itu terdapat satu set komputer yang menghadap kedinding dan disebelahnya terdapat sebuah meja yang diatasnya terdapat sebuah kotak. Didalam kotak tersebut terdapat sebuah cetakan yang berentuk telapak tangan. Kotak itu menyambung dengan komputer yang ada disebelahnya dengan menggunakan kabel.
Yolland sedang berada didalam laboratorium tersebut terlihat sedang melakukan sesuatu. Wajahnya masih terlihat lemas. “Kau tidak apa-apa Yolland? Kamu terlihat tidak sehat?” tanya Bapak Jendral kepada Yolland yang khawatir setelah melihat wajahnya. “Aku tidak apa-apa Pak” jawab Yolland sambil tersenyum yang dipaksakan.
“Raka bersedia untuk bergabung bersama kita, Yolland” ucap Valeno kepada Yolland. “Benarkah?” balas Yolland tidak percaya sambil melihat ke arah Raka. “Iya saya bersedia untuk bergabung” ucap Raka. “Apa kau tidak takut akan terjadi sesuatu denganmu?” tanya Yolland kepada Raka. “Tidak” jawab Raka singkat. “Baiklah, kalau begitu tugasku dan Bapak Jendral sudah selesai sekarang giliranmu Yolland” ucap Valeno. Yolland menganggukan kepalanya tanda mengerti.
Masih dengan perasaan yang mengganggu karena kejadian kemarin Yolland berusaha membuat dirinya setenang mungkin dan mulai menjelaskan. “Sebelumnya aku ingin bertanya apa kau punya keahlian menggunakan senjata tertentu?” tanya Yolland kepada Raka. “Pistol” jawab Raka. “Selain itu?” tanyanya lagi. “Aku tidak tahu karena aku hanya menggunakan Pistol selama menjadi Polisi” jawab Raka. Yolland terlihat kebingungan. “Sudah tidak apa-apa Yolland suruh dia memilih saja. Setelah itu dia pasti akan belajar cara menggunakannya” ucap Valeno memberikan saran. “Baiklah, kalau begitu ikut aku” ajak Yolland.
Yolland mengajak Raka yang diikuti oleh Valeno, Bapak Jendral dan Romie ke ruangan dengan pintu yang tebuat dari baja tadi. Yolland membuka kotak kecil yang menempel di dinding yang ada disebelah pintu tersebut. Kemudian dia meletakkan telapak tangannya disitu alat tersebut mulai memindai telapak tangan Yolland. Setelah itu pintu baja tersebut terbuka dengan sendirinya. Ketika masuk terlihat ruangan itu tidak terlalu besar. Didalamnya terdapat sebuah meja berbentuk bundar yang diatas meja tersebut terdapat sebuah etalase berbentuk lingkaran yang terbuat dari kaca dan mempunyai dua tingkat. Terdapat sekat-sekat yang membagi kaca tersebut menjadi lima bagian disetiap tingkatnya. Lima bagian terlihat kosong sedangkan lima bagian lainnya terdapat benda-benda seperti Jam dan Pulpen, MP3, Handband, kemudian sebuah benda yang terbuat dari baja berbentuk lingkaran dengan panjang kira-kira 15-20cm dan sebuah Sarung Tangan. Yolland membawa Raka dan yang lainnya mendekati meja tersebut.

0 comments:

Post a Comment