Chapter 6
“Raka Menjadi
Anggota Special Squad”
Kicauan
burung di pagi hari yang cerah membuat hari itu menjadi indah. Alarm di HP Raka
berbunyi memperingatkan Raka untuk segera bangun dan bersiap-siap. Raka yang
terbangun karena bunyi alarm segera bangkit dari tempat tidurnya dan memulai
ritual setiap paginya. Dia bangun dari tempat tidurnya kemudian keluar kamarnya
dan segera ke ruang makan dan memakan masakan yang sudah disediakan oleh
ibunya. Selesai makan dia langsung ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Selesai mandi dia mengenakan seragamnya dan dia siap untuk berangkat bekerja.
Disalaminnya ibunya untuk berpamitan kemudian dia berangkat ke kantornya.
Sesampainya
ditempatnya bekerja Raka langsung mencari Romie. Dia penasaran apakah Romie
akan masuk kerja atau tidak? Apakah keadaannya sudah membaik atau belum? Dan
pertanyaan-pertanyaan lainnya. Namun dia tidak melihat Romie pagi itu. Kemudian
dia langsung menuju ruangannya. Ketika dia sampai di ruangannya dia melihat
Romie yang sedang duduk dibangkunya seperti sedang menunggunya. “Kemana saja
kau ini? sudah lama aku menunggumu” tanyanya. Raka tersenyum dan merasa lega
melihat temannya itu masuk kerja dan terlihat baik-baik saja. “Ternyata kau ada
disini. Aku mencarimu dari tadi. Ku pikir kau tidak akan masuk kerja” balas
Raka. “Aku tidak masuk kerja? Tidak mungkin lah. Aku belum ijin untuk cuti ke
Jendral. Kalau langsung tidak masuk begitu saja tanpa pemberitahuan bisa-bisa
aku dipecat” balas Romie sambil bergurau. Raka hanya tersenyum mendengar ucapan
temannya itu. Lalu dia bersiap-siap untuk memulai bekerja.
“Ka” sahut Romie. “Ada
apa Rom?” balas Raka. “Terima kasih” ucap Romie dengan nada malu. “Terima kasih
untuk apa?” tanya Raka bingung. “Terima kasih karena kemarin sudah membuatku
merasa baikan. Kalau kau tidak datang kemarin dan mengajakku keluar mungkin aku
masih stress sampai hari ini dan tidak akan masuk kerja. Jadi sekali lagi
terima kasih” ucap Romie. “Kau ini ngomong apa sih. Kita kan teman sudah
sewajar sesama teman saling membantu kan? selain itu kau sendiri sudah banyak
membantuku jadi sudah sepatutnya aku membantumu juga” balas Raka. “Benar juga.
Haha…” balas Romie tersenyum malu.
“Kau menungguku Cuma
untuk mengatakan itu?” tanya Raka. “Oh iya Jendral memanggilmu. Kau disuruh
langsung ke ruangannya” ucap Romie. “Ada apa lagi sekarang?” balas Raka malas.
“Aku sendiri tidak tahu. cepat sana kau keruangannya” balas Romie lagi. Dengan rasa malas akhirnya Raka menuju ke
ruangan Bapak Jendral. Sesampainya di ruangan Jendral Raka mengetuk pintunya,
dari dalam terdengar suara Jendral yang menyuruhnya untuk masuk. Raka pun
masuk, Jendral yang melihat Raka mempersilahkan Raka untuk duduk. “Ada apa
bapak memanggil saya?” tanya Raka setelah dia duduk. “Saya hanya ingin memberitahu
setelah kamu selesai bertugas kamu ikut saya” kata Jendral. “Ikut bapak kemana
pak?” tanya Raka penasaran. “Ke rumah Valeno, untuk lebih jelasnya nanti saja
di rumah Valeno” jawab Jendral. “Baik pak kalau begitu, ada lagi pak?”
tanyanya. “Oh tidak ada hanya itu saja kau bisa melanjutkan pekerjaanmu” jawab
Jendral. “Kalau begitu saya permisi dulu” pamit Raka kepada Jendral. Raka
kembali ke ruangannya dan melanjutkannya pekerjaannya.
Jam
makan siang pun tiba, Romie menghampiri Raka untuk mengajaknya makan siang.
Raka setuju dan mereka langsung menuju tempat makan yang ada di sekitar situ.
Sambil menunggu pesanan diantar mereka mengobrol. “Tadi Jendral menyuruhmu apa
Ka?” tanya Romie membuka pembicaraan. “Ah tidak aku hanya disuruhnya untuk ikut
dia ke rumah Valeno” jawab Raka. “Ada urusan apa kau disuruh kesana?” tanya
Romie lagi. “Aku sendiri tidak tahu. kalau menurutku kemungkinan ada
hubungannya dengan chip yang ada di dalam tanganku” jelas Raka. “Oh iya di
dalam tanganmu sudah tertanam chip itu. Mungkin kau akan dijadikan anggota
mereka” ungkap Romie. “Mungkin begitu. Tapi kalau menurutku karena kegagalan
kemarin sepertinya proyek tersebut dibatalkan dan ada kemungkinan aku diajak
kesana untuk mengeluarkan chip ini” ungkap Raka. “Mungkin juga begitu” balas
Romie sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. Makanan yang mereka pesan pun
datang. Mereka mulai memakan pesanan mereka setelah itu kembali ke kantor untuk
melanjutkan pekerjaan mereka.
Tak
banyak yang dikerjakan oleh Raka hari itu karena tidak banyak kasus yang masuk
pada hari itu. Jadi Raka hanya mengecek berkas-berkas kasus yang terjadi
kemarin-kemarin. Waktu bergulir dengan cepat, jam sudah menunjukan waktunnya
untuk pulang. Raka mulai membereskan kerjaannya, menyimpan berkas-berkas di
lemarinya dengan rapih dan bersiap-siap untuk pulang. Tak lama Jendral masuk ke
ruangan Raka “Pekerjaanmu sudah selesai Raka?” tanyanya. “Sudah pak” jawab
Raka. “Kalau begitu ayo kita ke rumah Valeno” ajak Jendral. “Baik pak” jawab
Raka. Dan mereka pun jalan menuju parkiran mobil untuk naik mobil jendral.
Saat
sedang berjalan Jendral bertanya “Keadaan Romie bagaimana Ka?” tnnyanya. “Dia
baik-baik saja pak. Kemarin dia memang sangat shock pak namun saya sudah
mengajaknya bicara dan hari dia sudah terlihat normal kembali” jawab Raka.
“Begitu ya. Tapi aneh” ucap jendral. “Aneh kenapa pak?” tanya Raka heran. “Tadi
saya memberi dia tugas untuk menangkap pelaku curanmor tapi dia menolak. Kenapa
begitu ya? Biasanya dia pasti menerima ketika diberi tugas penangkapan. ” jelas
Bapak Jendral. “Oh begitu pak. Saya sendiri kurang tahu. Sewaktu bertemu saya
tadi dia terlihat normal-normal saja” balas Raka. “Begitu ya. Mungkin dia belum
sepenuhnya pulih” ucap Bapak Jendral. Raka pun hanya menganggukan kepalanya
sambil berpikir apa lagi yang terjadi dengan sahabatnya itu. Dia terlihat
normal-normal saja seharian itu. Tapi Raka mengesampingkan pikiran itu mungkin
apa yang dikatakan oleh Jendral ada benarnya pikirnya karena kejadian kemarin
benar-benar membuatnya shock berat. Jadi mungkin dia belum sepenuhnya normal
kembali.
Kemudian
Bapak Jendral dan Raka berpapasan dengan Romie saat menuju parkiran. Kemudian
Bapak Jendral berpikir untuk mengajak Romie ke rumah Valeno. Romie menundukan
kepalanya ketika melihat Bapak Jendral. “Romie” panggil Jendral. “Iya pak ada
apa?” jawab Romie sopan. “Kamu akan pulang kan?” tanya Jendral. “Iya pak” jawab
Romie. “Bagaimana kalau kamu ikut saya dan Raka ke rumah Valeno?” ajak Jendral.
Romie kebingungan dengan ajakan Jendral. “Tapi untuk apa saya ikut Bapak dan
Raka ke rumah Valeno?” tanyanya. “Tidak apa-apa ikut saja. Anggap saja
jalan-jalan daripada kamu langsung pulang dan tidak mengerjakan apapun” jawab
Jendral. Romie bingung apa dia harus ikut dengan Jendral atau langsung pulang.
Kemudian dia melihat ke arah Raka. Raka memberinya sebuah kode untuk mengiyakan
ajakan Bapak Jendral. Akhirnya Romie setuju untuk ikut Jendral ke rumah Valeno.
Dan mereka bertiga pun langsung menuju rumah Valeno.






0 comments:
Post a Comment