About

Monday, 19 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 8 PART 2

Mereka pun menghampiri Romie yang sedang duduk. “Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?” tanya Valeno kepada Romie. Lalu Romie menceritakan seluruh kejadian dari mulai pengepungan sampai saat Raka melawan Ricky. “Jadi Raka tertusuk oleh belati Ricky?” tanya Yolland. “Ini bahaya…” ucapnya lagi. Mendengar Yolland mengatakan bahaya Romie langsung melihat Yolland. “Bahaya bagaimana? Sebenarnya siapa Ricky itu? kenapa Raka dalam bahaya?” tanyanya kepada Yolland dengan nada memaksa. Yolland tidak menjawab dia melihat ke arah Valeno. Kemudian dengan tenang Valeno menjelaskan “Dulu Ricky juga salah satu anggota kami. Dia mempunyai sifat buruk yaitu hanya memikirkan dirinya sendiri. Sampai suatu hari dia mengkhianati kami demi keselamatan dirinya sendiri. Dia menjual informasi-informasi penting kepada musuh” ucap Valeno menjelaskan. “Belati miliknya itu bukan belati biasa. Belati itu mampu memproduksi racun. Racun yang ada di belatinya bukanlah racun biasa. Itu racun yang sudah dikembangkan dan sangat berbahaya yang secara perlahan akan merusak tubuh seseorang dan berakhir dengan kematian dan belum ada penawarnya” tambah Valeno. Romie lemas mendengar penjelasan Valeno. “Tidak… Tidak mungkin… ini tidak mungkin” ucapnya Romie frustasi.
Keheningan menyelimuti ruangan itu. Semua orang berpikir keras mencari cara menyelamatkan Raka. Namun tidak satupun dari mereka yang mendapatkan cara untuk menyelamatkan Raka. Ditengah keputus asaan itu Kiky tiba-tiba mengatakan “Goddes Leaf” ucap Kiky. “Aku tidak tahu akan berhasil atau tidak tapi patut dicoba” ucapnya lagi. “Apa itu Goddes Leaf  Kiky? Bisa kau jelaskan” tanya Valeno. Tiba-tiba Yolland teringat sesuatu. “Tapi tidak ada jaminan Goddes Leaf bisa menyembuhkan Raka, Kiky” balas Yolland. “Iya aku tahu kaka, tapi kan dari ceritanya Goddes Leaf menyembuhkan para warga yang masih hidup” balas Kiky lagi. “Tapi pada akhirnya para warga itu meninggal juga” balas Yolland lagi. “Tapi apa kaka yakin kalau para warga itu mati karena racun itu?” tanya Kiky kepada Yolland. Yolland terdiam dengan pertanyaan Kiky dan berpikir. “Tunggu sebentar. Bisakan kalian mejelaskan apa yang sedang kalian bicarakan. Apa itu Goddes Leaf? dan warga mana yang sedang kalian perbincangkan?” tanya Valeno yang penasaran.
 “Goddes Leaf  adalah tumbuhan langka yang hanya tumbuh sepuluh tahun sekali. Ada sebuah cerita kalau dulu pada saat masih jaman perang pernah terjadi suatu bencana. Sebuah perusahaan mencoba mengembangkan sebuah zat beracun. Zat beracun itu nantinya akan digunakan untuk perang. Lalu mereka menguji coba zat tersebut di sebuah desa terpencil di Kalimantan. Mereka membuat zat tersebut menjadi asap dan menyebarkan asap tersebut di desa itu. Dan hasilnya seluruh warga desa tersebut keracunan setelah menghisap asap itu. Beberapa warga meninggal namun beberapa lainnya bisa bertahan hidup walaupun dengan kondisi yang kritis. Sampai suatu hari ada seorang warga yang masih bertahan hidup tak sengaja memakan sebuah tanaman. Keesokan harinya dia mendadak sembuh dari racun tersebut. Kemudian dia menyuruh warga yang masih hidup untuk memakan tanaman itu dan keajaiban pun datang. Seluruh warga yang masih bertahan hidup sembuh dari racun tersebut. Para warga percaya kalau tanaman itu kiriman tuhan untuk menyelamatkan desa mereka karena itu mereka menyebutnya Tanaman Tuhan yang sekarang dikenal menjadi Goddes Leaf. Goddes Leaf dipercaya bisa menyembuhkan berbagai jenis racun” jawab Yolland menjelaskan.

Raut wajah semua orang di ruangan itu berubah dari yang masam menjadi lebih bersemangat setelah mendengar penjelasan Yolland. Mereka merasa kalau masih ada harapan untuk menyelamatkan Raka. “Tapi…” ucap Yolland lagi sedikit ragu. “Tapi kenapa Yolland?” tanya Valeno penasaran. “Ada misteri yang menyelimuti kejadian itu” jawab Yolland. “Misteri apa?” tanya Valeno lagi. Yolland tidak menjawab. Kekhawatiran terlihat jelas di wajah Yolland. “Seminggu setelah kejadian itu warga desa yang selamat mendadak hilang” ucap Kiky mencoba menjawab. “Apa? Bagaimana bisa?” tanya Valeno sedikit terkejut. “Masih tidak diketahui penyebabnya sampai sekarang. Tapi dari cerita yang beredar warga itu pada akhirnya meninggal juga hanya saja mereka meninggal diluar desa karena itu mayat mereka tidak ditemukan” jawab Kiky menjelaskan. “Itulah alasan kenapa aku tadi bilang kalau aku sendiri tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak. Tapi menurutku patut dicoba” ucap Kiky lagi. Valeno berpikir sebentar “Saya sendiri setuju dengan ide Kiky. Setidaknya kita tahu apa yang akan kita lakukan daripada kita hanya berdiam diri tidak melakukan apa-apa” ucap Valeno. “Dimana tumbuhan itu tumbuh?” tanya Valeno. “Tumbuhan itu hanya tumbuh di hutan pedalaman Kalimantan. Tumbuhan itu tidak tumbuh di tempat lain” jawab Yolland pelan. “Baiklah kalau begitu kita akan ke hutan itu untuk mengambil tanaman itu” ucap Valeno. “Lalu yang akan pergi …” Kemudian Valeno mulai berpikir siapa yang akan kesana untuk mengambil tanaman itu.
“Aku akan pergi” ucap Romie tiba-tiba. “Tidak. Terlalu berbahaya disana akan lebih baik kalau yang pergi adalah anggota SS” bantah Valeno. “Tapi aku harus pergi. Raka sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku. Aku tidak bisa berdiam diri saja menunggu kalian membawa tanaman itu. Sekarang waktunya aku membalasnya. Aku juga akan mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkan Raka. Jadi aku akan pergi” ucap Romie memaksa. “Tapi kondisimu tidak memungkinkan untuk berpergian jauh” ucap Valeno. “Aku baik-baik saja” jawab Romie dengan tegas. Tapi Valeno masih terlihat tidak yakin. “Begini saja. Kalau memang harus anggota SS yang pergi kesana pasangkan chip itu ditanganku sekarang agar aku bisa menjadi anggota SS dan pergi ke sana” ucap Romie penuh keyakinan. Valeno, Yolland dan semua orang disitu terkejut mendengar ucapan Romie.
“Tidak… Tidak… aku tidak mau mengambil resiko. Aku tidak mau dan tidak akan memasangkan chip itu kedalam tubuhmu” ucap Yolland. “Tetapi aku memaksa” ucap Romie kepada Yolland. “Apa kamu yakin? Kamu tahu kan resikonya kalau sampai gagal nyawamu yang menjadi taruhannya. Kalau sampai gagal dan kamu meninggal apa yang akan dikatakan Raka nanti ketika dia sembuh dan melihatmu sudah tidak bernyawa” jelas Valeno.
Romie berpikir sejenak memikirkan kata-kata Valeno. Namun tekadnya sudah benar-benar bulat. Entah kenapa ketakutannya terhadap kematian menghilang begitu saja saat itu sehingga dia sangat yakin untuk memasang chip tersebut. “Aku yakin. Aku tidak bisa hanya diam melihat sahabatku seperti itu. Jadi cepat pasangkan chip itu sekarang juga” pinta Romie memaksa. Valeno dan Yolland saling memandang. Valeno menarik napasnya kemudian membuangnya “Yolland pasangkan chip ditangan Romie” perintah Valeno. “Apa kapten sudah gila? Tidak aku tidak mau” ucap Yolland. “Yolland ini perintah kita sudah tidak ada waktu lagi dan kita memang masih kekurang orang. Jadi cepat laksanakan perintahku” tegas Valeno dengan menekankan. Akhirnya dengan terpaksa Yolland mengikuti perintah Valeno.
Mereka semua pergi ke lab untuk melakukan pemasangan chip kedalam tubuh Romie. Saat pemasangan chip Romie sedikit ketakutan karena dia juga takut kalau terjadi kegagalan. Namun dia melihat Raka yang berada di ruangan kaca. Dia melihat sahabatnya itu yang kesakitan, mencoba bertahan untuk hidup. Ketakutan Romie pun seketika menghilang saat melihat sahabatnya itu. Rasa ingin menolong sahabatnya itu lebih besar dari apapun sehingga ketakutan yang ada pada diri Romie pun menghilang begitu saja dan keyakinan Romie pun kembali.
Proses pemasangan pun dimulai. Walaupun masih diselimuti dengan rasa keraguan Yolland tetap memasang chip itu dengan teliti dan sangat berhati-hati. Proses pemasangan pun selesai. Dengan perasaan cemas Yolland dan Valeno menunggu hasil dari pemasangan tersebut apakah akan berhasil atau gagal. Mereka berdua nampak sangat cemas. Romie mulai berteriak kesakitan akibat chip yang mulai menyesuaikan dengan tubuh Romie. Setengah jam Romie meronta-ronta kesakitan lebih lama daripada saat pemasangan chip di tubuh Raka. Selama setengah jam itu Yolland tidak bisa tenang. Jantungnya berdebar kencang, pikirannya tidak karuan. Dia takut kalau kejadian saat di markas besar kepolisian terulang kembali.

0 comments:

Post a Comment