Mereka
pun menghampiri Romie yang sedang duduk. “Bisa kau ceritakan apa yang terjadi?”
tanya Valeno kepada Romie. Lalu Romie menceritakan seluruh kejadian dari mulai
pengepungan sampai saat Raka melawan Ricky. “Jadi Raka tertusuk oleh belati
Ricky?” tanya Yolland. “Ini bahaya…” ucapnya lagi. Mendengar Yolland mengatakan
bahaya Romie langsung melihat Yolland. “Bahaya bagaimana? Sebenarnya siapa
Ricky itu? kenapa Raka dalam bahaya?” tanyanya kepada Yolland dengan nada
memaksa. Yolland tidak menjawab dia melihat ke arah Valeno. Kemudian dengan
tenang Valeno menjelaskan “Dulu Ricky juga salah satu anggota kami. Dia
mempunyai sifat buruk yaitu hanya memikirkan dirinya sendiri. Sampai suatu hari
dia mengkhianati kami demi keselamatan dirinya sendiri. Dia menjual
informasi-informasi penting kepada musuh” ucap Valeno menjelaskan. “Belati
miliknya itu bukan belati biasa. Belati itu mampu memproduksi racun. Racun yang
ada di belatinya bukanlah racun biasa. Itu racun yang sudah dikembangkan dan sangat
berbahaya yang secara perlahan akan merusak tubuh seseorang dan berakhir dengan
kematian dan belum ada penawarnya” tambah Valeno. Romie lemas mendengar
penjelasan Valeno. “Tidak… Tidak mungkin… ini tidak mungkin” ucapnya Romie
frustasi.
Keheningan menyelimuti ruangan itu. Semua
orang berpikir keras mencari cara menyelamatkan Raka. Namun tidak satupun dari mereka yang mendapatkan cara untuk menyelamatkan
Raka. Ditengah keputus asaan itu Kiky tiba-tiba mengatakan “Goddes Leaf” ucap Kiky. “Aku tidak tahu
akan berhasil atau tidak tapi patut dicoba” ucapnya lagi. “Apa itu Goddes Leaf Kiky? Bisa kau jelaskan” tanya Valeno.
Tiba-tiba Yolland teringat sesuatu. “Tapi tidak ada jaminan Goddes Leaf bisa menyembuhkan Raka, Kiky”
balas Yolland. “Iya aku tahu kaka, tapi kan dari ceritanya Goddes Leaf menyembuhkan para warga yang masih hidup” balas Kiky
lagi. “Tapi pada akhirnya para warga itu meninggal juga” balas Yolland lagi. “Tapi
apa kaka yakin kalau para warga itu mati karena racun itu?” tanya Kiky kepada
Yolland. Yolland terdiam dengan pertanyaan Kiky dan berpikir. “Tunggu sebentar.
Bisakan kalian mejelaskan apa yang sedang kalian bicarakan. Apa itu Goddes Leaf? dan warga mana yang sedang
kalian perbincangkan?” tanya Valeno yang penasaran.
“Goddes
Leaf adalah tumbuhan langka yang
hanya tumbuh sepuluh tahun sekali. Ada sebuah cerita kalau dulu pada saat masih
jaman perang pernah terjadi suatu bencana. Sebuah perusahaan mencoba
mengembangkan sebuah zat beracun. Zat beracun itu nantinya akan digunakan untuk
perang. Lalu mereka menguji coba zat tersebut di sebuah desa terpencil di
Kalimantan. Mereka membuat zat tersebut menjadi asap dan menyebarkan asap
tersebut di desa itu. Dan hasilnya seluruh warga desa tersebut keracunan
setelah menghisap asap itu. Beberapa warga meninggal namun beberapa lainnya
bisa bertahan hidup walaupun dengan kondisi yang kritis. Sampai suatu hari ada
seorang warga yang masih bertahan hidup tak sengaja memakan sebuah tanaman. Keesokan harinya dia mendadak sembuh
dari racun tersebut. Kemudian dia menyuruh warga yang masih hidup untuk memakan
tanaman itu dan keajaiban pun datang.
Seluruh warga yang masih bertahan hidup sembuh dari racun tersebut. Para warga
percaya kalau tanaman itu kiriman tuhan untuk menyelamatkan desa mereka karena
itu mereka menyebutnya Tanaman Tuhan yang sekarang dikenal menjadi Goddes Leaf. Goddes Leaf dipercaya bisa
menyembuhkan berbagai jenis racun” jawab Yolland menjelaskan.
Raut
wajah semua orang di ruangan itu berubah dari yang masam menjadi lebih bersemangat
setelah mendengar penjelasan Yolland. Mereka merasa kalau masih ada harapan
untuk menyelamatkan Raka. “Tapi…” ucap Yolland lagi sedikit ragu. “Tapi kenapa
Yolland?” tanya Valeno penasaran. “Ada misteri yang menyelimuti kejadian itu” jawab
Yolland. “Misteri apa?” tanya Valeno lagi. Yolland tidak menjawab. Kekhawatiran
terlihat jelas di wajah Yolland. “Seminggu setelah kejadian itu warga desa yang
selamat mendadak hilang” ucap Kiky mencoba menjawab. “Apa? Bagaimana bisa?”
tanya Valeno sedikit terkejut. “Masih tidak diketahui penyebabnya sampai
sekarang. Tapi dari cerita yang beredar warga itu pada akhirnya meninggal juga
hanya saja mereka meninggal diluar desa karena itu mayat mereka tidak ditemukan”
jawab Kiky menjelaskan. “Itulah alasan kenapa aku tadi bilang kalau aku sendiri
tidak tahu apakah akan berhasil atau tidak. Tapi menurutku patut dicoba” ucap
Kiky lagi. Valeno berpikir sebentar “Saya sendiri setuju dengan ide Kiky.
Setidaknya kita tahu apa yang akan kita lakukan daripada kita hanya berdiam
diri tidak melakukan apa-apa” ucap Valeno. “Dimana tumbuhan itu tumbuh?” tanya
Valeno. “Tumbuhan itu hanya tumbuh di hutan pedalaman Kalimantan. Tumbuhan itu
tidak tumbuh di tempat lain” jawab Yolland pelan. “Baiklah kalau begitu kita
akan ke hutan itu untuk mengambil tanaman itu” ucap Valeno. “Lalu yang akan
pergi …” Kemudian Valeno mulai berpikir siapa yang akan kesana untuk mengambil
tanaman itu.
“Aku
akan pergi” ucap Romie tiba-tiba. “Tidak. Terlalu berbahaya disana akan lebih
baik kalau yang pergi adalah anggota SS” bantah Valeno. “Tapi aku harus pergi.
Raka sudah mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkanku. Aku tidak bisa berdiam
diri saja menunggu kalian membawa tanaman itu. Sekarang waktunya aku
membalasnya. Aku juga akan mengorbankan nyawaku untuk menyelamatkan Raka. Jadi
aku akan pergi” ucap Romie memaksa. “Tapi kondisimu tidak memungkinkan untuk
berpergian jauh” ucap Valeno. “Aku baik-baik saja” jawab Romie dengan tegas.
Tapi Valeno masih terlihat tidak yakin. “Begini saja. Kalau memang harus
anggota SS yang pergi kesana pasangkan chip itu ditanganku sekarang agar aku
bisa menjadi anggota SS dan pergi ke sana” ucap Romie penuh keyakinan. Valeno,
Yolland dan semua orang disitu terkejut mendengar ucapan Romie.
“Tidak…
Tidak… aku tidak mau mengambil resiko. Aku tidak mau dan tidak akan memasangkan
chip itu kedalam tubuhmu” ucap Yolland. “Tetapi aku memaksa” ucap Romie kepada
Yolland. “Apa kamu yakin? Kamu tahu kan resikonya kalau sampai gagal nyawamu
yang menjadi taruhannya. Kalau sampai gagal dan kamu meninggal apa yang akan
dikatakan Raka nanti ketika dia sembuh dan melihatmu sudah tidak bernyawa”
jelas Valeno.
Romie
berpikir sejenak memikirkan kata-kata Valeno. Namun tekadnya sudah benar-benar
bulat. Entah kenapa ketakutannya terhadap kematian menghilang begitu saja saat
itu sehingga dia sangat yakin untuk memasang chip tersebut. “Aku yakin. Aku
tidak bisa hanya diam melihat sahabatku seperti itu. Jadi cepat pasangkan chip
itu sekarang juga” pinta Romie memaksa. Valeno dan Yolland saling memandang.
Valeno menarik napasnya kemudian membuangnya “Yolland pasangkan chip ditangan
Romie” perintah Valeno. “Apa kapten sudah gila? Tidak aku tidak mau” ucap
Yolland. “Yolland ini perintah kita sudah tidak ada waktu lagi dan kita memang
masih kekurang orang. Jadi cepat laksanakan perintahku” tegas Valeno dengan menekankan.
Akhirnya dengan terpaksa Yolland mengikuti perintah Valeno.
Mereka
semua pergi ke lab untuk melakukan pemasangan chip kedalam tubuh Romie. Saat
pemasangan chip Romie sedikit ketakutan karena dia juga takut kalau terjadi
kegagalan. Namun dia melihat Raka yang berada di ruangan kaca. Dia melihat
sahabatnya itu yang kesakitan, mencoba bertahan untuk hidup. Ketakutan Romie
pun seketika menghilang saat melihat sahabatnya itu. Rasa ingin menolong
sahabatnya itu lebih besar dari apapun sehingga ketakutan yang ada pada diri
Romie pun menghilang begitu saja dan keyakinan Romie pun kembali.
Proses
pemasangan pun dimulai. Walaupun masih diselimuti dengan rasa keraguan Yolland
tetap memasang chip itu dengan teliti dan sangat berhati-hati. Proses
pemasangan pun selesai. Dengan perasaan cemas Yolland dan Valeno menunggu hasil
dari pemasangan tersebut apakah akan berhasil atau gagal. Mereka berdua nampak sangat
cemas. Romie mulai berteriak kesakitan akibat chip yang mulai menyesuaikan
dengan tubuh Romie. Setengah jam Romie meronta-ronta kesakitan lebih lama
daripada saat pemasangan chip di tubuh Raka. Selama setengah jam itu Yolland
tidak bisa tenang. Jantungnya berdebar kencang, pikirannya tidak karuan. Dia
takut kalau kejadian saat di markas besar kepolisian terulang kembali.






0 comments:
Post a Comment