About

Sunday, 18 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 7 PART 2

Lima bulan berlalu semenjak Raka memulai latihannya. Raka sudah berlatih dengan keras agar bisa menguasai kekuatan barunya. Dan sekarang dia sudah mulai menguasai kekuatannya itu. Dia juga sudah beberapa kali menggunakan kekuatannya itu ketika dia sedang bertugas. Yolland selalu memeriksa keadaan Raka setiap hari sesuai dengan yang diucapkannya. Dan dia tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan otak Raka. Sekarang Raka tidak seperti Raka yang dulu, semenjak dia menggunakan Sarung Tangan itu dia menjadi lebih menikmati pekerjaannya sebagai seorang Polisi.
Pagi itu Raka masuk kerja seperti biasanya. Romie menghampiri Raka yang baru saja datang. “Beberapa bulan terakhir ini aku lihat ada yang berbeda denganmu Ka” ucapnya. “Berbeda? Apa yang berbeda? Aku merasa sama saja seperti biasanya” balas Raka. “Aku sudah tidak melihat Raka yang pemurung seperti dulu lagi. Sekarang yang kulihat Raka yang sepertinya sudah menikmati pekerjaannya. Sepertinya alat itu membawa dampak positif untukmu” jawab Romie. “Oh itu. Iya aku juga sekarang merasa mulai menikmati pekerjaanku semenjak aku menggunakan alat ini. Bagaimana aku tidak senang? Alat ini benar-benar membantuku. Setiap ada tugas penangkapan kalau pelakunya melarikan diri aku cukup membekukan lantai dan pelakunya pun akan terpeleset. Dan kalau dia melawan aku cukup membuat tanganku sedikit dingin dan saat aku memegang si pelaku, dia tidak akan bisa fokus karena akan mendadak merasa kedinginan. Alat ini benar-benar hebat” ucapnya dengan perasaan senang. “Aku senang melihatmu berubah Ka. Tak kusangka kau bisa berubah seperti ini. Padahal dulu aku kira kau akan terus masuk kerja dengan muka masam mu itu” gurau Romie. “Ah bisa aja kau Rom” balas Raka malu.
Tak lama ada seseorang yang mendatangi mereka. “Raka, Romie kalian dipanggil Jendral” ucap orang itu. Mereka berdua pun langsung menuju ruang kerja Jendral. Di depan ruangan, Jendral sudah berdiri menunggu kedatangan mereka. Raka dan Romie langsung menghampiri Jendral. “Ada apa bapak memanggil kami?” tanya Romie. “Terjadi perampokan Bank di sektor C. Saya sudah menugaskan Iptu Rudi dan beberapa orang untuk menanganinya tapi saya merasa ada yang tidak beres karena dari informasi yang saya dengar pelakunya hanya seorang. Bagaimana mungkin dia berani merampok di Bank sebesar itu seorang diri. Karena itu saya ingin kalian ikut dengan Iptu Rudi untuk membantunya” ucap Jendral. “Baik pak kami mengerti” jawab Raka dan Romie bersamaan. “Kalau begitu cepat temui Iptu Rudi” perintah Jendral. “Siap pak” jawab mereka lagi. Mereka pun langsung bergegas menemui Iptu Rudi. Lalu Iptu Rudi dan pasukannya dengan cepat langsung ke TKP.
Sesampainya di TKP para polisi langsung mengepung Bank tersebut. Kemudian Iptu Rudi mulai memberikan peringatan agar si pelaku keluar secara baik-baik. Tak lama si pelaku keluar. Seorang prian yang menggunakan jaket yang mempunyai tudung dengan jelana jeans berwarna biru dan sepatu kats. Tudung jaketnya dikenakan dikepalanya sehingga wajahnya tidak terlihat. Dia terlihat menyerahkan dirinya karena dia keluar mengangkat tangannya. Kemudian Iptu Rudi memerintahkan beberapa anak buahnya untuk memborgol pria tersebut. Pria itu terlihat diam tidak melawan. Namun ketika dia akan diborgol dengan cepat dia mengambil dua buah belati yang disimpannya dibelakang tubuhnya. Lalu dengan cepat dia menyerang polisi-polisi yang akan memborgolnya. Dia menyerang dengan cepat sehingga polisi-polisi itu tidak sempat untuk melawan. Kemudian dia mencoba untuk melarikan diri. Polisi-polisi yang mengepungnya menembakinya dari jauh. Tetapi seluruh tembakan polisi itu ditangkisnya dengan belatinya. Tidak ada satu peluru pun yang mengenainya. Seluruh Polisi termasuk Raka dan Romie terkejut dengan apa yang baru saja mereka lihat.
Kemudian si pelaku melarikan diri. Romie yang segera sadar langsung mengejar si pelaku. Raka yang melihat Romie berlari mengejar si pelaku ikut sadar dan mengikuti Romie. Ketika dia akan mengikuti Romie mengejar pria tersebut, dia melihat rekan-rekannya yang terkena tebasan belati pria tadi. Dia melihat ada yang aneh dengan rekan-rekannya itu. Dengan perasaan khawatir Raka langsung menyusul Romie.
Si pelaku berlari masuk kedalam gang. Di belakangnya Romie dengan cepat mengejar. Sampai pada akhirnya si pelaku terpojok karena menemui jalan buntu. “Kau sudah tidak bisa lari lagi. Lebih baik sekarang menyerah” perintah Romie sambil menodongkan pistol kearahnya. “Cih… sial sudah gagal menjalankan tugas sekarang harus membunuh cecunguk ini” ucapnya kesal. “Apa maksudmu? Tugas apa? Sebenarnya apa tujuanmu?” tanya Romie. “Berisik” bentak pria tersebut. “Aku peringatkan lebih baik kau minggir daripada nyawamu melayang. Kau bukan tandinganku” ancamnya. Tapi Romie tidak menghiraukan ancaman tersebut. Dia malah menembak pria itu dengan pistolnya. Tapi sama seperti sebelumnya dengan mudahnya pria itu menangkis tembakan Romie dengan belatinya. “Jadi kau memang ingin mati ya?” ucap si pelaku dengan nada mengancam. Si pelaku dengan tatapan tajam berjalan perlahan ke arah Romie. Romie mendadak tidak bisa bergerak karena setelah melihat mata pria itu dia teringat akan kejadian pembantaian keluarganya. Dia menembak membabi buta ke arah pria itu. Seluruh peluru yang ditembak oleh Romie ditangkisnya dengan mudah. Pria itu semakin dekat dan Romie terjatuh, dia tidak bisa melakukan apa-apa tubuhnya tidak mau bergerak. Ketika pria itu sudah dekat dan akan menusuk Romie dengan belatinya, tiba-tiba muncul dinding yang terbuat dari es didepan Romie.
Dinding es itu menghalangi Romie dan si pelaku sehingga si pelaku tidak bisa menusuk Romie, nyawa Romie pun selamat. Ternyata Rakalah yang telah membuat dinding es itu. Akhirnya dia dapat menyusul Romie dan dia datang di saat yang tepat. Ketika datang dia melihat Romie dalam bahaya dan dengan segera dia membuat dinding dari es agar dapat menyelamatkan sahabatnya itu.
Setelah itu Raka langsung berlari mendekati Romie. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya kepada Romie. “Aku baik-baik saja” jawab Romie terbata-bata. “Menjauhlah” perintah Raka. “Dia bukan orang sembarangan. Senjata yang digunakannya berbahaya” tambahnya. “Apa maksudmu?” tanya Romie. “Rekan kita yang di tusuk olehnya bereaksi aneh. Napasnya memburu wajahnya terlihat pucat seperti orang keracunan” jelas Raka. “Jadi menjauhlah biar aku yang melawannya” tambahnya. “Baiklah. Tapi kau juga berhati-hati” balas Romie. Raka menganggukan kepalanya.

“Siapa kau?” tanya pria itu kepada Raka. “Bagaimana caranya kau bisa membuat dinding es ini?” tanyanya lagi. “Kau tidak perlu tahu” jawab Raka. “Hmm… yah walaupun misiku gagal setidaknya aku bisa melakukan hal lain yang tidak sia-sia” ucap pria itu lagi. “Yaitu membunuhmu” tambahnya dengan wajah tersenyum mengerikan. Kemudian pria itu mengambil sebuah alat dari saku celananya. Alat itu seperti kacamata tetapi hanya memiliki satu sisi saja. Dipasanganya alat tersebut dimata kirinya. Kemudian diaktifkannya alat tersebut dan setelah itu dia langsung berlari ke arah Raka dan terjadilah perkelahian antara Raka dan pria itu.

0 comments:

Post a Comment