Lima
bulan berlalu semenjak Raka memulai latihannya. Raka sudah berlatih dengan
keras agar bisa menguasai kekuatan barunya. Dan sekarang dia sudah mulai menguasai
kekuatannya itu. Dia juga sudah beberapa kali menggunakan kekuatannya itu ketika
dia sedang bertugas. Yolland selalu memeriksa keadaan Raka setiap hari sesuai
dengan yang diucapkannya. Dan dia tidak menemukan sesuatu yang aneh dengan otak
Raka. Sekarang Raka tidak seperti Raka yang dulu, semenjak dia menggunakan
Sarung Tangan itu dia menjadi lebih menikmati pekerjaannya sebagai seorang
Polisi.
Pagi
itu Raka masuk kerja seperti biasanya. Romie menghampiri Raka yang baru saja
datang. “Beberapa bulan terakhir ini aku lihat ada yang berbeda denganmu Ka”
ucapnya. “Berbeda? Apa yang berbeda? Aku merasa sama saja seperti biasanya”
balas Raka. “Aku sudah tidak melihat Raka yang pemurung seperti dulu lagi.
Sekarang yang kulihat Raka yang sepertinya sudah menikmati pekerjaannya.
Sepertinya alat itu membawa dampak positif untukmu” jawab Romie. “Oh itu. Iya
aku juga sekarang merasa mulai menikmati pekerjaanku semenjak aku menggunakan
alat ini. Bagaimana aku tidak senang? Alat ini benar-benar membantuku. Setiap
ada tugas penangkapan kalau pelakunya melarikan diri aku cukup membekukan
lantai dan pelakunya pun akan terpeleset. Dan kalau dia melawan aku cukup
membuat tanganku sedikit dingin dan saat aku memegang si pelaku, dia tidak akan
bisa fokus karena akan mendadak merasa kedinginan. Alat ini benar-benar hebat”
ucapnya dengan perasaan senang. “Aku senang melihatmu berubah Ka. Tak kusangka
kau bisa berubah seperti ini. Padahal dulu aku kira kau akan terus masuk kerja
dengan muka masam mu itu” gurau Romie. “Ah bisa aja kau Rom” balas Raka malu.
Tak
lama ada seseorang yang mendatangi mereka. “Raka, Romie kalian dipanggil
Jendral” ucap orang itu. Mereka berdua pun langsung menuju ruang kerja Jendral.
Di depan ruangan, Jendral sudah berdiri menunggu kedatangan mereka. Raka dan
Romie langsung menghampiri Jendral. “Ada apa bapak memanggil kami?” tanya
Romie. “Terjadi perampokan Bank di sektor C. Saya sudah menugaskan Iptu Rudi
dan beberapa orang untuk menanganinya tapi saya merasa ada yang tidak beres
karena dari informasi yang saya dengar pelakunya hanya seorang. Bagaimana
mungkin dia berani merampok di Bank sebesar itu seorang diri. Karena itu saya
ingin kalian ikut dengan Iptu Rudi untuk membantunya” ucap Jendral. “Baik pak
kami mengerti” jawab Raka dan Romie bersamaan. “Kalau begitu cepat temui Iptu
Rudi” perintah Jendral. “Siap pak” jawab mereka lagi. Mereka pun langsung
bergegas menemui Iptu Rudi. Lalu Iptu Rudi dan pasukannya dengan cepat langsung
ke TKP.
Sesampainya
di TKP para polisi langsung mengepung Bank tersebut. Kemudian Iptu Rudi mulai
memberikan peringatan agar si pelaku keluar secara baik-baik. Tak lama si
pelaku keluar. Seorang prian yang menggunakan jaket yang mempunyai tudung
dengan jelana jeans berwarna biru dan sepatu kats. Tudung jaketnya dikenakan
dikepalanya sehingga wajahnya tidak terlihat. Dia terlihat menyerahkan dirinya karena
dia keluar mengangkat tangannya. Kemudian Iptu Rudi memerintahkan beberapa anak
buahnya untuk memborgol pria tersebut. Pria itu terlihat diam tidak melawan.
Namun ketika dia akan diborgol dengan cepat dia mengambil dua buah belati yang
disimpannya dibelakang tubuhnya. Lalu dengan cepat dia menyerang polisi-polisi
yang akan memborgolnya. Dia menyerang dengan cepat sehingga polisi-polisi itu
tidak sempat untuk melawan. Kemudian dia mencoba untuk melarikan diri.
Polisi-polisi yang mengepungnya menembakinya dari jauh. Tetapi seluruh tembakan
polisi itu ditangkisnya dengan belatinya. Tidak ada satu peluru pun yang
mengenainya. Seluruh Polisi termasuk Raka dan Romie terkejut dengan apa yang
baru saja mereka lihat.
Kemudian
si pelaku melarikan diri. Romie yang segera sadar langsung mengejar si pelaku.
Raka yang melihat Romie berlari mengejar si pelaku ikut sadar dan mengikuti
Romie. Ketika dia akan mengikuti Romie mengejar pria tersebut, dia melihat
rekan-rekannya yang terkena tebasan belati pria tadi. Dia melihat ada yang aneh
dengan rekan-rekannya itu. Dengan perasaan khawatir Raka langsung menyusul
Romie.
Si
pelaku berlari masuk kedalam gang. Di belakangnya Romie dengan cepat mengejar.
Sampai pada akhirnya si pelaku terpojok karena menemui jalan buntu. “Kau sudah tidak
bisa lari lagi. Lebih baik sekarang menyerah” perintah Romie sambil menodongkan
pistol kearahnya. “Cih… sial sudah gagal menjalankan tugas sekarang harus
membunuh cecunguk ini” ucapnya kesal. “Apa maksudmu? Tugas apa? Sebenarnya apa
tujuanmu?” tanya Romie. “Berisik” bentak pria tersebut. “Aku peringatkan lebih
baik kau minggir daripada nyawamu melayang. Kau bukan tandinganku” ancamnya.
Tapi Romie tidak menghiraukan ancaman tersebut. Dia malah menembak pria itu
dengan pistolnya. Tapi sama seperti sebelumnya dengan mudahnya pria itu
menangkis tembakan Romie dengan belatinya. “Jadi kau memang ingin mati ya?”
ucap si pelaku dengan nada mengancam. Si pelaku dengan tatapan tajam berjalan perlahan
ke arah Romie. Romie mendadak tidak bisa bergerak karena setelah melihat mata
pria itu dia teringat akan kejadian pembantaian keluarganya. Dia menembak
membabi buta ke arah pria itu. Seluruh peluru yang ditembak oleh Romie
ditangkisnya dengan mudah. Pria itu semakin dekat dan Romie terjatuh, dia tidak
bisa melakukan apa-apa tubuhnya tidak mau bergerak. Ketika pria itu sudah dekat
dan akan menusuk Romie dengan belatinya, tiba-tiba muncul dinding yang terbuat
dari es didepan Romie.
Dinding
es itu menghalangi Romie dan si pelaku sehingga si pelaku tidak bisa menusuk
Romie, nyawa Romie pun selamat. Ternyata Rakalah yang telah membuat dinding es itu.
Akhirnya dia dapat menyusul Romie dan dia datang di saat yang tepat. Ketika
datang dia melihat Romie dalam bahaya dan dengan segera dia membuat dinding
dari es agar dapat menyelamatkan sahabatnya itu.
Setelah
itu Raka langsung berlari mendekati Romie. “Kau tidak apa-apa?” tanyanya kepada
Romie. “Aku baik-baik saja” jawab Romie terbata-bata. “Menjauhlah” perintah
Raka. “Dia bukan orang sembarangan. Senjata yang digunakannya berbahaya”
tambahnya. “Apa maksudmu?” tanya Romie. “Rekan kita yang di tusuk olehnya
bereaksi aneh. Napasnya memburu wajahnya terlihat pucat seperti orang
keracunan” jelas Raka. “Jadi menjauhlah biar aku yang melawannya” tambahnya.
“Baiklah. Tapi kau juga berhati-hati” balas Romie. Raka menganggukan kepalanya.
“Siapa
kau?” tanya pria itu kepada Raka. “Bagaimana caranya kau bisa membuat dinding
es ini?” tanyanya lagi. “Kau tidak perlu tahu” jawab Raka. “Hmm… yah walaupun
misiku gagal setidaknya aku bisa melakukan hal lain yang tidak sia-sia” ucap pria
itu lagi. “Yaitu membunuhmu” tambahnya dengan wajah tersenyum mengerikan. Kemudian
pria itu mengambil sebuah alat dari saku celananya. Alat itu seperti kacamata tetapi
hanya memiliki satu sisi saja. Dipasanganya alat tersebut dimata kirinya. Kemudian
diaktifkannya alat tersebut dan setelah itu dia langsung berlari ke arah Raka
dan terjadilah perkelahian antara Raka dan pria itu.






0 comments:
Post a Comment