About

Sunday, 18 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 7 PART 3

Raka mengarahkan tangannya keatas kepala pria itu kemudian muncul potongan-potongan es yang mempunyai ujung yang runcing di atas kepala pria tersebut. Potongan-potongan es tersebut jatuh dengan cepat menghujam pria itu. Namun dia dapat menghindari serangan Raka. Setelah berhasil menghindar, dia kembali berlari dan semakin mendekati Raka. Raka mencoba membekukan lantai agar dia terjatuh. Namun ternyata usahanya sia-sia pria itu tidak terjatuh. Lalu Raka kembali membuat potongan-potongan es diatas kepala pria itu namun kali ini potongan esnya lebih besar dan lebih banyak. Tetapi lagi-lagi pria tersebut berhasil menghindar dengan mudahnya. Tiba-tiba pria itu sudah berada didepan Raka. Dia mengarahkan salah satu belatinya ke wajah Raka. Raka menggunakan tangan kanannya, yang menggunakan Sarung Tangan, untuk menangkis serangan tersebut. Kemudian pria itu menggunakan belati satunya lagi dan mengarahkannya ke wajah Raka lagi. Raka menghindari serangan tersebut dengan memiringkan kepalanya. Belati itu hampir saja mengenai telinganya. Lalu dengan cepat Raka membekukan tangan pria itu berharap pria tersebut akan merasa kedinginan dan setelah itu dia akan membanting pria itu. Tapi ketika Raka akan membanting pria itu, ternyata pria itu menendang Raka duluan sehingga Raka terpelanting ke belakang hingga menabrak tembok.
Pria itu langsung berlari dengan cepat menuju ke arah Raka dan berniat akan menusuk Raka. Romie yang dari tadi hanya melihat pertarungan itu menembakan pistolnya ke arah si pelaku ketika melihat Raka dalam bahaya. Peluru tersebut lagi-lagi di tangkis oleh pria tersebut. Namun gerakan pria itu terhenti akibat tembakan Romie. “Kau berani-beraninya mengganggu” ucapnya sambil melihat ke arah Romie dengan tatapan bengis. Kemudian dia merubah targetnya menjadi Romie. “Mati kau!!!” ucapnya dengan keras lalu berlari ke arah Romie dengan cepat. Romie ketakutan melihat wajah pria itu dengan tatapan bengisnya. Tubuhnya gemetaran dan tidak bisa digerakan. Sementara itu pria itu semakin dekat. “Romie awaaaasss!!!” teriak Raka sambil berlari ke arah Romie. Raka ingin menggunakan kekuatannya tapi kepalanya kesakitan karena dia terlalu banyak menggunakan kekuatannya. Tubunya pun masih terasa sakit karena menabrak tembok tadi. Dengan kondisi seperti itu Raka terus berusaha berlari ke arah Romie. Dilihatnya pria itu semakin dekat dengan Romie. Kemudian dia berpikir tidak akan sempat kalau dia berlari lalu Raka langsung meloncatkan diri ke arah Romie. Beberapa detik sebelum pria itu menusuk Romie, Raka berhasil melindungi Romie dengan tubuhnya. Dan Raka pun tertusuk oleh belati pria tersebut kemudian dia terjatuh didepan Romie.
Romie kaget melihat apa yang dilakukan Raka. “Apa yang kau lakukan bodoh…” teriaknya kepada Raka. “Kau tidak apa-apa kan?” tanya Raka sambil merintih. Romie tidak menjawab dia shock melihat temannya yang bercucuran darah. Dia bingung harus melakukan apa. “Persahabatan yang mengharukan” ucap pria itu. “Tenang saja. Aku bukan orang yang suka membunuh langsung” ucapnya lagi. Romie melihat ke arah pria itu. “Apa maksudmu?” tanya Romie gagap. “Aku tidak suka langsung membunuh orang begitu saja. Aku lebih menyukai melihat mereka menderita terlebih dahulu kemudian mati” jawab pria itu dan setelah itu dia tertawa senang. “Karena kalian sepertinya teman dekat, bagaimana kalau kau juga merasakan hal yang sama dengan temanmu itu?” tanyanya sambil tersenyum jahat. Romie tidak menjawab. Jantungnya berdebar kencang karena takut kalau pria itu akan menusuknya. Ingin sekali dia berlari tapi tidak mungkin dia meninggalkan Raka begitu saja. Tubuhnya pun tidak mau bergerak seolah menolak perintah yang diberikan oleh otaknya. Pria tersebut sudah siap untuk menusuk Romie dengan belatinya. Dan ketika dia akan menusuk Romie tiba-tiba Damar datang. Dia berlari dengan cepatnya kemudian dia langsung menendang pria itu. Pria itu tidak bisa menghindari tendangan Damar dia terpelanting dan menabrak tembok dibelakangnya.
Damar melihat Raka yang terkulai dan mengeluarkan darah. Disebelahnya dia melihat Romie yang sedang melihatnya. “Kamu tidak apa-apa?” tanya Damar kepada Romie. “Kau? Sepertinya aku pernah melihatmu” balas Romie. “Jangan kemana-mana tetap disini” perintahnya kepada Romie. Setelah itu Damar langsung berdiri dan melihat ke arah pria tersebut. “Siapa kau?” tanya Damar kepada pria itu dengan nada serius. “Akhirnya misiku tidak jadi gagal. Setidaknya aku bisa membunuh satu orang… hehe” ucap pria itu sambil mencoba untuk bangkit. “Lama tidak berjumpa Damar” ucapnya lagi setelah dia berhasil bangkit. Setelah melihat wajah pria itu Damar terkejut. “Ricky…” ucap Damar kaget. “Bagaimana kau bisa ada disini?” tambahnya. “Itu bukan urusanmu yang pasti aku diperintahkan untuk membunuh kalian… hehe” jawab Ricky dengan tersenyum jahat.
“Bisa-bisanya kau memperlihatkan wajahmu setelah apa yang sudah kau lakukan” ucap Damar dengan nada kesal. “Lalu sekarang kau mau apa? Melawanku?” ucap Ricky lalu dia tertawa keras. “Kalau itu memang yang harus kulakukan akan kulakukan” ucap Damar. “Kau becanda kan? Apa kau sudah lupa? Beberapa kali kita bertarung tapi tak sekalipun kau bisa menang dariku” ucap Ricky. Damar tidak menjawab dia hanya menatap Ricky dengan tatapan penuh kekesalan. “Kalau kau masih penasaran sini maju” tantang Ricky.
Tanpa basa basi lagi Damar langsung berlari dengan kecepatannya ke arah Ricky dan mencoba menendang wajah Ricky.  Tapi tendangan Damar ditangkis dengan mudah oleh Ricky menggunakan belatinya. Lalu Damar mencoba menyerang Romie dari atas, dari bawah, dari belakang, dari kanan dan dari kiri. Tapi semua serangan Damar ditangkis dengan mudah oleh Ricky. “Kelebihanmu hanyalah kecepatanmu” ucap Ricky. “Orang biasa tidak akan bisa mengikuti kecepatanmu tapi dengan alat ini” lanjutnya sambil menunjuk ke arah kacamata yang digunakannya. “Aku bisa melihat semua gerakanmu. Jadi kecepatan yang kau banggakan itu tidak ada gunanya dihadapanku” ucapnya lagi dengan nada meremehkan. Damar tidak menggubris ucapan Ricky. Lalu dia mencoba menyerang Ricky lagi dari seluruh sudut. Tapi lagi-lagi tak satupun serangan Damar mengenai Ricky. “Ini mulai membosankan” ucap Ricky. Kemudian dia melihat Romie. “Aku dapat ide bagus” ucapnya lagi. Ricky berlari dengan cepat ke arah Romie dan seketika tanpa Damar sadari Ricky sudah berada didepan Romie dengan belatinya yang siap memotong leher Romie.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Damar. “Aku punya penawaran menarik untukmu” ucap Ricky. “Lawanmu adalah aku lepaskan dia pecundang” ucap Damar dengan nada membentak. “Aku memang bisa melihat kecepatanmu tapi aku tak cukup cepat untuk bertahan dan menyerangmu secara bersamaan. Karena itu aku mencari ide yang menarik dan walaa aku mendapatkannya” ucapnya lagi dengan nada senang. “Apa maumu?” tanya Damar. “Penawaran yang aku berikan adalah kalau kau ingin orang ini selamat datanglah kepadaku dan biarkan aku melukaimu dengan belatiku ini sedikit saja sudah cukup. Aku akan menghitung sampai sepuluh kalau kau tidak juga kesini maka nyawa orang ini akan melayang” jawab Ricky. “Bagaimana?” tambahnya. Damar kebingungan dia tidak tahu harus bagaimana. Sedangkan Romie benar-benar ketakutan keringat bercucuran diseluruh tubuhnya, napasnya terengah-engah dia tidak bisa berpikir apa-apa kecuali kalau dia akan mati.
“Satu… dua… tiga… empat… lima… enam… tujuh…” Ricky pun mulai menghitung. “Baik-baik” ucap Darma menghentikan hitungan Ricky. “Aku akan menyerahkan diriku” tambahnya. “Pilihan tepat” ucap Ricky. “Kalau begitu sini” tambahnya. Darma pun mendekati Ricky. Ricky sudah bersiap-siap dengan belatinya. Dan ketika dia akan melukai tangan Darma tiba-tiba sebuah yoyo yang sudah dilapisi oleh listrik menghantam tubuh Ricky dari samping. Ricky pun terdorong kebelakang. “Beraninya kau…” ucap Ricky dengan kesal tapi saat dia melihat kearah orang yang menghantamnya dia kaget karena melihat datangnya Valeno dan Farhan. “Hentikan Ricky…” ucap Valeno tegas dengan tatapan tajam. “Darma bawa Raka kembali ke markas. Farhan bantu teman Raka dan cari tempat yang aman” perintah Valeno. Darma dan Farhan pun segera melaksanakan perintah tersebut. Darma langsung menggendong Raka dan setelah itu langsung berlari dengan cepat ke markas. Farhan mencoba membantu Romie untuk bangkit dan mencari tempat yang aman disekitar situ.
“Bagaimana kau tahu kami ada disini?” tanya Valeno. “Kau tidak perlu tahu itu. Yang pasti kami sudah tahu semua rencana kalian. Karena itu kami datang ke sini untuk menggagalkan rencana kalian. Hahahaha” jawab Ricky. “Apa maumu sekarang?” tanya Valeno lagi. “Aku diperintahkan untuk membunuh kalian” jawab Ricky. “Kalau begitu kau harus melewati mayatku terlebih dahulu sebelum membunuh anggotaku” balas Valeno menantang Ricky. Tapi Ricky tidak membalas kata-kata Valeno. Wajahnya menyiratkan keraguan. Dia menyimpan kemabali belatinya dan mengatakan “Sepertinya misiku hanya sampai disini. Kita berjumpa lagi lain kali” ucapnya kemudian dia pergi meninggalkan Valeno.
Farhan yang dari tadi bersembunyi keluar dari persembunyiannya. “Kenapa kapten membiarkannya pergi?” tanyanya. “Seharusnya orang jahat seperti dia harus diberi pelajaran” lanjut Farhan kesal. “Tidak ada waktu untuk itu Farhan. Ada hal yang lebih penting daripada itu sekarang yaitu keselamatan Raka” jawab Valeno. “Ayo kita segera menuju ke markas” ajak Valeno. “Aku ikut” ucap Romie tiba-tiba. “Sebaiknya kau pulang saja mengistirahatkan dirimu karena kau terlihat tidak sehat” saran Valeno kepada Romie. “Bagaimana aku bisa beristirahat dengan tenang ketika sahabatku disana sedang sekarat karena telah mengorbankan nyawanya demi menyelamatkanku” balas Romie. “Aku mohon biarkan aku ikut” pinta Romie memelas. Valeno berpikir sejenak "Baiklah kau boleh ikut" ucapnya. Lalu mereka bertiga segera menuju mobil Valeno dan langsung kembali ke markas.

0 comments:

Post a Comment