“Ini
adalah senjata-senjata yang akan kamu gunakan. Tapi hanya satu senjata saja
yang bisa kamu gunakan” jelas Yolland. Raka terlihat keheranan dengan
benda-benda itu “Jam Tangan, Pulpen,
Sarung Tangan, Handband lalu tongkat pendek ini bahkan MP3? Bagaimana bisa barang-barang
ini menjadi senjata?” tanya Raka keheranan. “Kami membuat senjata-senjata ini
agar mudah untuk dibawa kemana-mana dan tidak menarik perhatian karena itu
senjata-senjata ini kami buat senormal mungkin seperti barang-barang yang biasa
digunakan” jelasnya. “Oh begitu” sahut Raka. “Bagaimana dengan Jam tangan dan Pulpen ini?” tanya Yolland. “Apa
kegunaan kedua benda itu?” tanya Raka balik. “Kedua benda ini untuk bertahan.
Apa kau terbiasa berada dibaris depan saat bertugas?” tanya Yolland. “Tidak.
Seperti yang aku bilang sebelumnya aku hanya menggunakan pistol saat bertugas
jadi aku terbiasa berada dibelakang dan menembak dari jarak jauh” jawab Raka.
“Kalau begitu Handband ini saja” ucap Yolland. “Kalau sarung tangan itu
bagaimana?” tanya Raka. “Sarung Tangan itu berbeda dari yang lainnya. Chipnya
pun berbeda dengan chip yang lainnya jadi kau tidak bisa menggunakan sarung
tangan tersebut” jelas Yolland. “Kalau begitu Handband ini saja karena tidak
ada pilihan lainnya. Kegunaan dari Handband ini akan aku jelaskan nanti setelah
kau menggunakannya” lanjutnya. Raka hanya menganggukan kepalanya.
Kemudian
mereka keluar dari ruangan tersebut. Yolland mengajak Raka berjalan menuju ke komputer
yang berada disebelah kanan dengan kotak yang didalamnya berbentuk telapak
tangan. Kemudian dia mengotak-atik komputer itu. “Coba kamu letakkan tanganmu
diatas situ” sambil menunjuk kearah kotak yang berada disebelahnya. Raka
menuruti perintah Yolland. “Ini untuk apa?” tanyanya. “Untuk menyesuaikan chip
yang ada di dalam tanganmu dengan alat ini. Jadi tidak akan ada anggota lain
yang bisa menggunakan alat ini selain dirimu” jelasnya. Tak lama kotak tersebut
memindai tangan Raka. Dimeja komputer itu terdapat alat pindai lainnya.
Kemudian Yolland memindai Handband tadi. Namun, pada saat proses penyesuaian
terjadi sebuah eror. Yolland terkejut ketika melihat monitor menampilkan
tulisan “EROR”. “Bagaimana mungkin eror?” tanyanya pada diri sendiri. Lalu dia
mencoba memindai sekali lagi namun hasilnya tetap sama. Valeno mendatangi
Yolland “Ada apa Yolland?” tanyanya. “Terjadi eror saat aku menyesuaikan chip
dan handband ini. Aku tidak mengerti kenapa bisa terjadi?” jawab Yolland.
“Mungkin kau melakukan kesalahan coba kau periksa lagi” saran Valeno.
Yolland
memeriksa lagi semuanya namun dia tidak menemukan ada kesalahan. Dia semakin
bingung. Dia mencoba berpikir kemungkinan-kemungkinan dimana bisa terjadinya
kesalahan. Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu. “Mustahil!!!” ucapnya kaget.
“Ada apa Yolland?” tanya Valeno. Tanpa menjawab Yolland langsung berlari ke
ruangan tempat penyimpanan alat-alat itu. Dibawah meja terdapat sebuah laci
yang berisi chip-chip yang tertata dengan rapih diatas busa. Dibukanya laci
tersebut kemudian dia melihat chip tersebut satu persatu dengan teliti.
“Astaga!!!” ucapnya setelah memeriksa isi laci tersebut. Kemudian dia keluar
ruangan dengan raut wajah yang terlihat stress. “Ada apa Yolland?” tanya Bapak
Jendral. “Sepertinya aku salah memasukan chip kedalam tubuh Raka” jawabnya.
“Maksudnya?” Tanya Jendral lagi. “Chip yang aku masukan kedalam tubuh Raka
sepertinya chip yang seharusnya digunakan untuk mengaktifkan Sarung Tangan”
jelasnya. “Bagaimana bisa?” tanya Jendral lagi. “Sepertinya waktu itu aku salah
mengambil chip karena terburu-buru” jawab Yolland lemas. “Aku akan melakukan
pengecekan terlebih dahulu untuk memastikan” lanjutnya. Yolland kembali ke
komputer tadi dan mengidetifikasi chip yang ada di dalam tubuh Raka dari hasil
pemindaian yang tadi dilakukan.
“Seperti
yang kuduga chip yang ada didalam tubuh Raka adalah chip yang digunakan untuk
mengaktifkan Sarung Tangan” ucapnya beberapa menit setelah dia melakukan
identifikasi. “Memangnya ada apa dengan chip tersebut? apa chip itu masih belum
selesai?” tanya Raka. “Bukan itu. Chip itu sudah selesai, tapi Sarung Tangan
itu berbeda dengan alat yang lainnya. Kalau alat yang lainnya tidak mempunyai
hubungan langsung dengan otak. Berbeda dengan yang lainnya Sarung Tangan
tersebut berhubungan dengan otak. Kemampuan Sarung Tangan itu berhubungan
dengan imajinasi. Jadi chip itu akan langsung terhubung dengan otakmu untuk
mentransfer imajinasi yang ada diotakmu yang nantinya akan diwujudkan dengan
Sarung Tangan tersebut. Dan apa yang aku khawatirkan adalah chip tersebut akan
merusak otakmu karena aku belum melakukan test menggunakan Sarung Tangan itu”
jelasnya lagi. “Lalu bagaimana sekarang?” tanya Bapak Jendral. “Aku sendiri
tidak tahu. Bisa saja kita melepas chip yang tertanam ditubuh Raka dan
memasangkan chip yang lain. Tapi ….” Yolland tidak melanjutkan kalimatnya
karena keraguan. “Tapi kau tidak berani untuk memasang ulang chip tersebut
karena takut kejadian kemarin terulang kembali kan?” Valeno melanjutkan ucapan
Yolland. Yolland hanya menganggukan kepalanya.
“Kalau
begitu tidak perlu ada pemasangan ulang” ucap Raka tiba-tiba. Yolland terkejut
mendengar ucapan Raka. “Aku akan menggunakan Sarung Tangan itu” lanjutnya. “Apa
kau yakin?” tanya Yolland ragu. “Aku yakin. Dari awal aku memang menjadi test
subjek penelitian ini kan. Jadi buat apa aku mundur sekarang. Jadi anggap saja
aku menjadi test subjek lagi” jelas Raka meyakinkan. Tergambarkan jelas diwajah
Yolland yang sangat mencemaskan keselamatan Raka. Namun karena Raka sudah
sangat yakin Yolland kembali ke ruangan tempat menyimpan alat-alat itu dan
mengambil Sarung Tangan tersebut. Kemudian dia kembali menyesuaikan chip yang
ada di dalam tangan Raka seperti sebelumnya namun kali ini disesuaikan dengan
Sarung Tangan tersebut. Dan kali ini proses penyesuaiannya berhasil. Masih
dengan keraguan Yolland memberikan sarung tangan tersebut kepada Raka. Raka
menerima Sarung Tangan tersebut lalu mencobanya.
Sarung
tangan itu nampak seperti sarung tangan biasa. Sarung tangan itu tidak menutupi
keseluruhan jari hanya setengah jari saja. Dibagian punggungnya terdapat sebuah
lempengan berbentuk persegi panjang dan dibagian tengah telapak tanganya
terdapat lempengan yang sama berbentuk lingkaran. Dari lempengan tersebut
terdapat garis-garis yang menuju kesetiap bagian jari.
“Lalu
sekarang bagaimana cara menggunakan alat ini?” tanya Raka kepada Yolland.
“Pertama yang perlu kau tahu adalah Sarung tangan ini mampu merubah udara yang
ada sekitarmu dengan radius sepuluh meter menjadi es. Dan untuk melakukan itu
kamu harus membayangkan sebuah bentuk. Bentuk itu akan diterima oleh chip yang
ada didalam tubuhmu lalu chip itu akan mengirimkan bentuk tadi ke Sarung Tangan
itu dan setelah itu Sarung Tangan tersebut akan membuat bentuk yang sudah kamu
pikirkan tadi” jelas Yolland. “Jadi yang perlu kulakukan hanyalah membayangkan
sesuatu kan?” tanya Raka. “Benar. Tapi yang perlu kau ingat adalah semakin
rumit benda yang kau bayangkan maka beban yang akan diterima otakmu akan
semakin berat. Berita baiknya adalah semakin sering kau membuat bentuk yang
sama maka otakmu akan terbiasa dengan bentuk tersebut dan kemungkinan kamu tidak
akan merasa sakit lagi kalau membayangkan bentuk yang sama. Tapi sekali lagi
aku masih belum tahu apakah hal itu adalah hal yang bagus atau malah sebaliknya”
jelas Yolland. “Aku paham” balas Raka dengan percaya diri.
“Untuk
pertama-tama aku sarankan jangan membuat benda yang rumit dulu. Buatlah benda
yang simpel” perintah Yolland. “Benda apa yang harus kubuat?” tanya Raka lagi.
“Cobalah untuk membuat sebuah bola dengan ukuran kecil. Bentuk bola tidak rumit
karena tidak mempunyai sudut-sudut” jawab Yolland. “Baiklah akan ku coba” balas
Raka. Kemudian Raka mencoba untuk memikirkan sebuah bola kecil. Tak berapa lama
Raka merasakan sakit dikepalanya. “Aarrrrggghhhhh…. Sakit… kepalaku sakit…”
teriaknya. Raka pun ambruk terjatuh karena sakit yang tak tertahankan. Bapak
Jendral, Valeno dan Romie yang dari tadi hanya menyimak langsung berlari menuju
ke arah Raka. “Raka kamu tidak apa-apa?” tanya Yolland panik. Raka tidak
menjawab karena masih merasa kesakitan. Tak berapa lama rasa sakit yang
dirasakan Raka secara perlahan mereda. Jerit kesakitan raka pun perlahan mereda
namun napas Raka memburu karena menahan rasa sakit tadi.
“Raka
kamu bisa dengar? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Yolland lagi yang
menghawatirkan keadaan Raka. “Tidak apa-apa aku baik-baik saja” jawab Raka
terbata-bata sambil mengatur napasnya. Kemudian dia membuka tangannya yang dari
tadi menggenggam karena kesakitan. Di telapak tangannya telah terbentuk sebuh
bola kecil dari es. “Aku berhasil” ucap Raka yang masih mengatur napasnya.
Semua orang disitu langsung terduduk lega melihat kondisi Raka yang baik-baik
saja.
“Ini
berbahaya” ucap Yolland. “Lebih baik tidak kita lanjutkan lagi” lanjutnya.
“Tidak” bantah Raka yang masih mengatur napasnya. “Aku akan tetap menggunakan
alat ini” lanjutnya. “Tapi aku tidak tahu apakah alat itu aman untukmu atau
tidak” ucap Yolland lagi. “Tak apa aku sudah terbiasa bermain-main dengan
nyawaku dan sampai saat ini aku baik-baik saja” balas Raka lagi. Yolland tidak
tahu harus berbicara apa lagi kemudian dia melihat kearah Valeno, Bapak Jedral
dan Romie. “Salah satu dari kalian tolong bilang pada anak ini kalau alat ini
berbahaya” pintanya. Valeno hanya diam tidak menjawab apa-apa. Bapak Jendral
menggelengkan kepalanya tanda dia tidak bisa. “Aku juga tidak bisa. Aku tahu
betul watak temanku itu dan kalau sudah begitu dia tidak akan bisa dihentikan”
ucap Romie. Akhirnya Yolland pasrah juga. “Baiklah aku mengijinkan kamu
menggunakan alat tersebut tapi dengan satu syarat” ucapnya. “Apa syaratnya?”
tanya Raka. “Setiap hari aku akan memeriksa keadaan otakmu” ucapnya lagi.
“SETIAP HARI TANPA PENGECUALIAN” tegasnya. “Baiklah aku mengerti” jawab Raka.
Setelah
mengatakan itu Raka tergeletak. Semua orang disitu langsung panik lagi. Yolland
langsung memeriksa keadaan Raka. Ternyata Raka pingsan karena belum terbiasa
dengan rasa sakit tersebut. Kemudian Valeno, Bapak Jendral dan Romie membopong
Raka ke kamar Valeno untuk ditidurkan. Setelah itu Bapak Jendral berpamitan
pulang. Romie sebenarnya tidak ingin pulang dahulu melihat kondisi Raka yang
pingsan namun Valeno meyakinkan kalau Raka akan baik-baik saja dan kalau
terjadi sesuatu pada Raka dia akan langsung menghubungi Romie. Akhirnya Romie
percaya dan dia juga pulang.






0 comments:
Post a Comment