About

Friday, 9 October 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 6 PART 3

“Ini adalah senjata-senjata yang akan kamu gunakan. Tapi hanya satu senjata saja yang bisa kamu gunakan” jelas Yolland. Raka terlihat keheranan dengan benda-benda itu “Jam Tangan, Pulpen, Sarung Tangan, Handband lalu tongkat pendek ini bahkan MP3? Bagaimana bisa barang-barang ini menjadi senjata?” tanya Raka keheranan. “Kami membuat senjata-senjata ini agar mudah untuk dibawa kemana-mana dan tidak menarik perhatian karena itu senjata-senjata ini kami buat senormal mungkin seperti barang-barang yang biasa digunakan” jelasnya. “Oh begitu” sahut Raka. “Bagaimana dengan Jam tangan dan Pulpen ini?” tanya Yolland. “Apa kegunaan kedua benda itu?” tanya Raka balik. “Kedua benda ini untuk bertahan. Apa kau terbiasa berada dibaris depan saat bertugas?” tanya Yolland. “Tidak. Seperti yang aku bilang sebelumnya aku hanya menggunakan pistol saat bertugas jadi aku terbiasa berada dibelakang dan menembak dari jarak jauh” jawab Raka. “Kalau begitu Handband ini saja” ucap Yolland. “Kalau sarung tangan itu bagaimana?” tanya Raka. “Sarung Tangan itu berbeda dari yang lainnya. Chipnya pun berbeda dengan chip yang lainnya jadi kau tidak bisa menggunakan sarung tangan tersebut” jelas Yolland. “Kalau begitu Handband ini saja karena tidak ada pilihan lainnya. Kegunaan dari Handband ini akan aku jelaskan nanti setelah kau menggunakannya” lanjutnya. Raka hanya menganggukan  kepalanya.
Kemudian mereka keluar dari ruangan tersebut. Yolland mengajak Raka berjalan menuju ke komputer yang berada disebelah kanan dengan kotak yang didalamnya berbentuk telapak tangan. Kemudian dia mengotak-atik komputer itu. “Coba kamu letakkan tanganmu diatas situ” sambil menunjuk kearah kotak yang berada disebelahnya. Raka menuruti perintah Yolland. “Ini untuk apa?” tanyanya. “Untuk menyesuaikan chip yang ada di dalam tanganmu dengan alat ini. Jadi tidak akan ada anggota lain yang bisa menggunakan alat ini selain dirimu” jelasnya. Tak lama kotak tersebut memindai tangan Raka. Dimeja komputer itu terdapat alat pindai lainnya. Kemudian Yolland memindai Handband tadi. Namun, pada saat proses penyesuaian terjadi sebuah eror. Yolland terkejut ketika melihat monitor menampilkan tulisan “EROR”. “Bagaimana mungkin eror?” tanyanya pada diri sendiri. Lalu dia mencoba memindai sekali lagi namun hasilnya tetap sama. Valeno mendatangi Yolland “Ada apa Yolland?” tanyanya. “Terjadi eror saat aku menyesuaikan chip dan handband ini. Aku tidak mengerti kenapa bisa terjadi?” jawab Yolland. “Mungkin kau melakukan kesalahan coba kau periksa lagi” saran Valeno.
Yolland memeriksa lagi semuanya namun dia tidak menemukan ada kesalahan. Dia semakin bingung. Dia mencoba berpikir kemungkinan-kemungkinan dimana bisa terjadinya kesalahan. Sampai akhirnya dia menyadari sesuatu. “Mustahil!!!” ucapnya kaget. “Ada apa Yolland?” tanya Valeno. Tanpa menjawab Yolland langsung berlari ke ruangan tempat penyimpanan alat-alat itu. Dibawah meja terdapat sebuah laci yang berisi chip-chip yang tertata dengan rapih diatas busa. Dibukanya laci tersebut kemudian dia melihat chip tersebut satu persatu dengan teliti. “Astaga!!!” ucapnya setelah memeriksa isi laci tersebut. Kemudian dia keluar ruangan dengan raut wajah yang terlihat stress. “Ada apa Yolland?” tanya Bapak Jendral. “Sepertinya aku salah memasukan chip kedalam tubuh Raka” jawabnya. “Maksudnya?” Tanya Jendral lagi. “Chip yang aku masukan kedalam tubuh Raka sepertinya chip yang seharusnya digunakan untuk mengaktifkan Sarung Tangan” jelasnya. “Bagaimana bisa?” tanya Jendral lagi. “Sepertinya waktu itu aku salah mengambil chip karena terburu-buru” jawab Yolland lemas. “Aku akan melakukan pengecekan terlebih dahulu untuk memastikan” lanjutnya. Yolland kembali ke komputer tadi dan mengidetifikasi chip yang ada di dalam tubuh Raka dari hasil pemindaian yang tadi dilakukan.
“Seperti yang kuduga chip yang ada didalam tubuh Raka adalah chip yang digunakan untuk mengaktifkan Sarung Tangan” ucapnya beberapa menit setelah dia melakukan identifikasi. “Memangnya ada apa dengan chip tersebut? apa chip itu masih belum selesai?” tanya Raka. “Bukan itu. Chip itu sudah selesai, tapi Sarung Tangan itu berbeda dengan alat yang lainnya. Kalau alat yang lainnya tidak mempunyai hubungan langsung dengan otak. Berbeda dengan yang lainnya Sarung Tangan tersebut berhubungan dengan otak. Kemampuan Sarung Tangan itu berhubungan dengan imajinasi. Jadi chip itu akan langsung terhubung dengan otakmu untuk mentransfer imajinasi yang ada diotakmu yang nantinya akan diwujudkan dengan Sarung Tangan tersebut. Dan apa yang aku khawatirkan adalah chip tersebut akan merusak otakmu karena aku belum melakukan test menggunakan Sarung Tangan itu” jelasnya lagi. “Lalu bagaimana sekarang?” tanya Bapak Jendral. “Aku sendiri tidak tahu. Bisa saja kita melepas chip yang tertanam ditubuh Raka dan memasangkan chip yang lain. Tapi ….” Yolland tidak melanjutkan kalimatnya karena keraguan. “Tapi kau tidak berani untuk memasang ulang chip tersebut karena takut kejadian kemarin terulang kembali kan?” Valeno melanjutkan ucapan Yolland. Yolland hanya menganggukan kepalanya.
“Kalau begitu tidak perlu ada pemasangan ulang” ucap Raka tiba-tiba. Yolland terkejut mendengar ucapan Raka. “Aku akan menggunakan Sarung Tangan itu” lanjutnya. “Apa kau yakin?” tanya Yolland ragu. “Aku yakin. Dari awal aku memang menjadi test subjek penelitian ini kan. Jadi buat apa aku mundur sekarang. Jadi anggap saja aku menjadi test subjek lagi” jelas Raka meyakinkan. Tergambarkan jelas diwajah Yolland yang sangat mencemaskan keselamatan Raka. Namun karena Raka sudah sangat yakin Yolland kembali ke ruangan tempat menyimpan alat-alat itu dan mengambil Sarung Tangan tersebut. Kemudian dia kembali menyesuaikan chip yang ada di dalam tangan Raka seperti sebelumnya namun kali ini disesuaikan dengan Sarung Tangan tersebut. Dan kali ini proses penyesuaiannya berhasil. Masih dengan keraguan Yolland memberikan sarung tangan tersebut kepada Raka. Raka menerima Sarung Tangan tersebut lalu mencobanya.
Sarung tangan itu nampak seperti sarung tangan biasa. Sarung tangan itu tidak menutupi keseluruhan jari hanya setengah jari saja. Dibagian punggungnya terdapat sebuah lempengan berbentuk persegi panjang dan dibagian tengah telapak tanganya terdapat lempengan yang sama berbentuk lingkaran. Dari lempengan tersebut terdapat garis-garis yang menuju kesetiap bagian jari.
“Lalu sekarang bagaimana cara menggunakan alat ini?” tanya Raka kepada Yolland. “Pertama yang perlu kau tahu adalah Sarung tangan ini mampu merubah udara yang ada sekitarmu dengan radius sepuluh meter menjadi es. Dan untuk melakukan itu kamu harus membayangkan sebuah bentuk. Bentuk itu akan diterima oleh chip yang ada didalam tubuhmu lalu chip itu akan mengirimkan bentuk tadi ke Sarung Tangan itu dan setelah itu Sarung Tangan tersebut akan membuat bentuk yang sudah kamu pikirkan tadi” jelas Yolland. “Jadi yang perlu kulakukan hanyalah membayangkan sesuatu kan?” tanya Raka. “Benar. Tapi yang perlu kau ingat adalah semakin rumit benda yang kau bayangkan maka beban yang akan diterima otakmu akan semakin berat. Berita baiknya adalah semakin sering kau membuat bentuk yang sama maka otakmu akan terbiasa dengan bentuk tersebut dan kemungkinan kamu tidak akan merasa sakit lagi kalau membayangkan bentuk yang sama. Tapi sekali lagi aku masih belum tahu apakah hal itu adalah hal yang bagus atau malah sebaliknya” jelas Yolland. “Aku paham” balas Raka dengan percaya diri.
“Untuk pertama-tama aku sarankan jangan membuat benda yang rumit dulu. Buatlah benda yang simpel” perintah Yolland. “Benda apa yang harus kubuat?” tanya Raka lagi. “Cobalah untuk membuat sebuah bola dengan ukuran kecil. Bentuk bola tidak rumit karena tidak mempunyai sudut-sudut” jawab Yolland. “Baiklah akan ku coba” balas Raka. Kemudian Raka mencoba untuk memikirkan sebuah bola kecil. Tak berapa lama Raka merasakan sakit dikepalanya. “Aarrrrggghhhhh…. Sakit… kepalaku sakit…” teriaknya. Raka pun ambruk terjatuh karena sakit yang tak tertahankan. Bapak Jendral, Valeno dan Romie yang dari tadi hanya menyimak langsung berlari menuju ke arah Raka. “Raka kamu tidak apa-apa?” tanya Yolland panik. Raka tidak menjawab karena masih merasa kesakitan. Tak berapa lama rasa sakit yang dirasakan Raka secara perlahan mereda. Jerit kesakitan raka pun perlahan mereda namun napas Raka memburu karena menahan rasa sakit tadi.
“Raka kamu bisa dengar? Apa kamu baik-baik saja?” tanya Yolland lagi yang menghawatirkan keadaan Raka. “Tidak apa-apa aku baik-baik saja” jawab Raka terbata-bata sambil mengatur napasnya. Kemudian dia membuka tangannya yang dari tadi menggenggam karena kesakitan. Di telapak tangannya telah terbentuk sebuh bola kecil dari es. “Aku berhasil” ucap Raka yang masih mengatur napasnya. Semua orang disitu langsung terduduk lega melihat kondisi Raka yang baik-baik saja.
“Ini berbahaya” ucap Yolland. “Lebih baik tidak kita lanjutkan lagi” lanjutnya. “Tidak” bantah Raka yang masih mengatur napasnya. “Aku akan tetap menggunakan alat ini” lanjutnya. “Tapi aku tidak tahu apakah alat itu aman untukmu atau tidak” ucap Yolland lagi. “Tak apa aku sudah terbiasa bermain-main dengan nyawaku dan sampai saat ini aku baik-baik saja” balas Raka lagi. Yolland tidak tahu harus berbicara apa lagi kemudian dia melihat kearah Valeno, Bapak Jedral dan Romie. “Salah satu dari kalian tolong bilang pada anak ini kalau alat ini berbahaya” pintanya. Valeno hanya diam tidak menjawab apa-apa. Bapak Jendral menggelengkan kepalanya tanda dia tidak bisa. “Aku juga tidak bisa. Aku tahu betul watak temanku itu dan kalau sudah begitu dia tidak akan bisa dihentikan” ucap Romie. Akhirnya Yolland pasrah juga. “Baiklah aku mengijinkan kamu menggunakan alat tersebut tapi dengan satu syarat” ucapnya. “Apa syaratnya?” tanya Raka. “Setiap hari aku akan memeriksa keadaan otakmu” ucapnya lagi. “SETIAP HARI TANPA PENGECUALIAN” tegasnya. “Baiklah aku mengerti” jawab Raka.
Setelah mengatakan itu Raka tergeletak. Semua orang disitu langsung panik lagi. Yolland langsung memeriksa keadaan Raka. Ternyata Raka pingsan karena belum terbiasa dengan rasa sakit tersebut. Kemudian Valeno, Bapak Jendral dan Romie membopong Raka ke kamar Valeno untuk ditidurkan. Setelah itu Bapak Jendral berpamitan pulang. Romie sebenarnya tidak ingin pulang dahulu melihat kondisi Raka yang pingsan namun Valeno meyakinkan kalau Raka akan baik-baik saja dan kalau terjadi sesuatu pada Raka dia akan langsung menghubungi Romie. Akhirnya Romie percaya dan dia juga pulang.

0 comments:

Post a Comment