Raka
mengatakan kalau dia menawarkan diri untuk menjadi subjek percobaan apakah alat
tersebut bisa digunakan oleh rekan-rekannya atau tidak. Ucapan Raka ini membuat
ketiga orang itu tercengang. Kemudian Bapak Jendral menghampiri Raka dan
mengatakan “apa kau bercanda? Ini bukan mainan nyawamu bisa jadi taruhannya”.
“Dan aku tidak akan membiarkan adanya percobaan kalau nyawa adalah taruhannya”
tambahnya. Kemudian Raka mengatakan “Tapi bapak juga sebenarnya masih ingin untuk
menggunakan alat ini kan?” tanyanya. Bapak Jendral tidak menjawabnya terlihat
jelas dari raut wajahnya kalau dia memang masih ingin menggunakan alat
tersebut. “Kalau begitu percobaan harus dilakukan dan saya bersedia untuk
menjadi subjek percobaan tersebut” katanya. Kemudian Raka melanjutkan “Bapak
tidak perlu takut karena kalau terjadi kegagalan tidak ada yang akan menunutut
bapak”. “Jadi bapak bisa tenang” tambahnya. Kemudian Bapak Jendral bertanya
“Sebenarnya apa tujuan mu? Kenapa kamu mau menjadi bahan percobaan yang dapat
membahayakan nyawamu sendiri?”. Raka hanya tersenyum dan mengatakan “seperti
yang saya bilang diawal tadi saya hanya ingin membantu bapak untuk memutuskan apakah alat ini bisa
digunakan atau tidak? Itu saja” jawabnya.
Sebenarnya
Bapak Jendral sedikit curiga dengan Raka karena mana mungkin ada orang yang mau
merelakan nyawanya seperti itu. Bapak Jendral berpikir kalau Raka mempunyai
maksud tertentu dibalik ini semua. Kemudian Bapak Jendral bertanya apa imbalan
yang diinginkan Raka untuk melakukan percobaan ini. Namun Raka mengatakan kalau
dia tidak meminta imbalan apa-apa. Bapak Jendral semakin bingung saja dengan
Raka. Tetapi akhirnya setelah berpikir cukup lama Bapak Jendral menyetujui
tawaran Raka. Beliau hanya berharap kalau Raka tidak mempunyai maksud yang
buruk. Raka pun tersenyum mendengar persetujuan tersebut.
Raka
pun dibawa ke sebuah ruangan tersembunyi. Dimana pada ruangan tersebut terdapat
peralatan-peralatan canggih yang tidak dia ketahui kegunannya. Ruangan tersebut
cukup luas. Terdapat enam tempat tidur di tengah-tengah ruangan tersebut dimana
kasur tersebut dibagi menjadi dua bagian yang saling berhadapan. Dibagian belakang
kepala tempat tidur tersebut terdapat sebuah tiang yang cukup panjang dimana
dari atas tiang tersebut ada beberapa kabel yang terurai. Disisi lain kabel
tersebut menyambung ke monitor yang terdapat disebelah kasur. Monitor itu kecil
seperti monitor pendeteksi detak jantung yang terdapat di rumah sakit. Tak jauh
dari tempat kasur tersebut terdapat tiga set komputer.
Akhirnya
Yolland, dengan perasaan yang tak karuan karena keraguan dan kecemasannya,
menyiapkan peralatan-peralatan untuk memasukan chip tersebut ketubuh Raka yang
dibantu oleh Valeno. Dan proses pemasangan pun dimulai. Yolland dengan sangat
hati-hati memasukan chip tersebut. Setelah dipasang Raka mulai merasakan
tubuhnya seperti tersengat aliran listrik. Lama kelamaan rasa sakit terasa
disekujur tubuhnya. Ia meronta-ronta dan menjerit karena kesakitan. Sekitar
sepuluh menit Raka meronta-ronta kesakitan dan setelah itu dia hanya terdiam.
Yolland yang kaget melihat reaksi Raka itu langsung cepat-cepat menghampiri
Raka dan mengecek keadaannya. Mata Raka tidak terbuka dan denyut jantung Raka
pun berdetak lemah. Yolland panik dan segera menyuruh Bapak Jendral untuk
memanggilkan tim medis. Namun, sebelum Bapak Jendral keluar ruangan, Raka
membuka matanya dan denyut jantung raka pun semakin normal. Melihat hal itu
Bapak Jendral, Yolland dan juga Valeno pun terlihat sedikit tenang. Yolland
segera mengecek keadaan Raka dilihatnya dimonitornya kondisi Raka. Setelah
melihat hasilnya perasaan tak karuan yang dirasakan oleh Yolland sebelumnya
langsung menghilang karena dia tahu kalau percobaannya itu ternyata berhasil.
Bapak Jendral dan Valeno pun sangat senang dengan hasil yang disampaikan oleh
Yolland.
Bapak
Jendral, Yolland dan Valeno merasa senang karena percobaannya ternyata
berhasil. Mereka berpikir kalau begitu chip tersebut ternyata bisa dimasukan ke
dalam enam orang kandidat yang telah terpilih. Bapak Jendral mengatakan mungkin
Yolland yang terlalu berlebihan dalam memberikan standar karena kalau Raka
saja, yang tidak ada didalam daftar, bisa menahan chip tersbut maka keenam
orang yang ada didalam daftar juga pasti bisa. Yolland pun masih merasa heran
bagaimana ini bisa terjadi tapi dia berpikir lagi mungkin apa yang dikatakan
oleh Bapak Jendral ada benarnya, mungkin memang dia yang terlalu tinggi
memasang standar.
Kabar
bahagia untuk Bapak Jendral, Valeno dan Yolland ini ternyata berbanding
terbalik dengan Raka. Ketika dia tau kalau ternyata percobaannya ini berhasil
Raka marah lalu mengamuk mengacak-ngacak ruangan itu. Bapak Jendral, Valeno dan
Yolland kaget dengan reaksi yang diberikan oleh Raka. Mereka kebingungan kenapa
Raka malah marah-marah dan mengamuk. Ditengah kebingungan itu Bapak Jendral dan
Valeno berusaha keras untuk menenangkan Raka.
Ternyata
Raka memang mempunyai tujuan tertentu ketika dia menawarkan diri menjadi subjek
penelitian. Tujuannya tak lain dan tak bukan adalah untuk bunuh diri. Ketika
dia mendengar kalau kemungkinan besar pemasangan chip itu akan mengalami
kegagalan dan bisa menyebabkan kematian. Pada saat itu juga Raka berpikir
mungkin dengan menjadi bahan percobaan adalah cara yang tepat untuk mengakhiri
hidupnya tersebut karena itulah dia menawarkan diri menjadi bahan percobaan.
Dengan harapan kalau percobaan tersebut akan gagal dan akan mengakhiri hidupnya
dengan begitu dia akan terbebas dari kehidupan yang membuatnya stress dan
jenuh. Namun ternyata takdir berkata lain percobaan itu berhasil dan keinginan
Raka untuk mengakhiri hidupnya lagi-lagi gagal.
Ternyata tidak
segampang itu menghentikan Raka yang sedang mengamuk. Bapak Jendral dan Valeno sedikit
kewalahan untuk menenangkan Raka. Mereka memegang kedua tangan Raka dengan erat
namun ternyata Raka mempunyai tenaga yang luar biasa. Dia melakukan perlawanan
dengan hebatnya. Karena tidak ada jalan lain, akhirnya Yolland terpaksa
menyuntikan obat penenang kepada Raka. Dan beberapa saat kemudian Raka akhirnya
bisa tenang kembali. Setelah Raka mulai tenang Yolland menghampiri Raka dan
mengajaknya mengobrol. Yolland menanyakan kenapa Raka malah marah-marah dan
mengamuk ketika mengetahui kalau percobaannya itu berhasil. Raka tidak menjawab
dia hanya diam melamun saja dengan tatapan yang kosong. Melihat kondisi Raka
yang sepertinya tidak mungkin untuk diajak berbicara akhirnya Bapak Jendral,
Valeno dan Yolland memutuskan untuk membiarkan dulu Raka untuk sementara waktu.
Sementara itu mereka mulai membereskan ruangan yang sangat berantakan itu akibat
amukan Raka tadi.






0 comments:
Post a Comment