About

Friday, 25 September 2015

SPECIAL SQUAD - CHAPTER 3 PART 1

Chapter 3
“Hilangnya Benda Aneh Itu”

Setelah selesai membereskan ruangan yang berantakan akibat amukan Raka tadi. Yolland ingin menemui Raka kembali untuk melihat kondisinya dan mengajakanya mengobrol. Namun ternyata kondisi Raka masih sama, dia masih tidak bergeming. Dia masih duduk dengan tatapannya yang kosong. Yolland kembali mengurungkan niatnya untuk mengajak Raka mengobrol. Yolland pun kembali menghampiri Bapak Jendral dan Valeno untuk membahas apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Setelah berbincang-bincang cukup lama mereka sepakat untuk menunda terlebih dahulu pengumuman enam orang calon anggota SS karena akibat amukan Raka tadi, ruangan yang akan digunakan untuk memasang chip kedalam tubuh calon anggota SS menjadi tidak kondusif. Banyak peralatan yang terlepas dan beberapa peralatan tidak bisa berfungsi. Jadi butuh waktu untuk memperbaiki peralatan tersebut. Yolland mulai mengecek peralatan-peralatan yang rusak, Bapak Jendral keluar ruangan untuk mengumumkan penundaan pengumuman enam orang dengan nilai terbaik sedangkan Valeno menghampiri Raka yang masih terlihat dengan tatapannya yang kosong. Valeno mengajaknya keluar untuk menghirup udara segar agar dapat menjernihkan pikirannya.
Para anggota kepolisian telah berkumpul di lapangan yang sangat luas yang berada di tengah-tengah markas kepolisian. Mereka sangat antusias dengan pengumuman yang akan diberitahukan sebentar lagi. Apakah mereka terpilih atau tidak? Pertanyaan tersebut terus tengiang-ngiang di otak mereka. Tak lama Bapak Jendral pun datang dan para polisi tersebut mulai berbaris dengan rapih untuk mendengarkan pengumuman dari Bapak Jendral. Ketika semua orang berdebar-debar menunggu hasil pengumuman yang sebentar lagi akan diumumkan, Romie tidak terlihat sedikitpun merasakan hal yang sama. Dia terlihat sibuk melihat ke kanan dan ke kiri mencari sahabatnya karena dari tadi dia tidak melihat Raka. Dibarisan pun dia tidak melihat sahabatnya itu. Dia menjadi khawatir kalau hal buruk menimpanya. Jadilah dia mendengarkan pengumuman bukan dengan rasa berdebar-debar melainkan dengan rasa khawatir karena memikirkan sahabatnya itu.
Bapak Jendral telah berdiri didepan podium untuk bersiap-siap memberikan pengumumannya. Kemudian beliau mulai berbicara dan mengatakan karena terjadi sesuatu hal yang tidak terduga maka pengumuman hasil test yang diselenggarakan hari itu akan ditunda. Hasil test tersebut akan diberitahukan tiga hari lagi. Mendengar pengumuman tersebut para anggota polisi itu terlihat kecewa karena mereka sudah sangat ingin tahu apakah mereka terpilih atau tidak. Dengan rasa kecewa akhirnya mereka membubarkan barisan dan pulang ke rumah masing-masing.
Sesaat setelah membubarkan diri Romie melihat Raka yang sedang berjalan keluar bersama dengan Valeno. Romie pun langsung menghampiri mereka. “Raka kau baik-baik saja? Dari mana saja kamu? Setelah bilang mau ke kamar kecil kau langsung menghilang begitu saja. Apa terjadi sesuatu?” cerocos Romie yang mengkhawatirkan sahabatnya itu. Namun Raka tidak menggubris pertanyaan Romie sama sekali. Kemudian Romie melihat ada sesuatu yang aneh pada raut wajah Raka. Dia pun langsung menanyakan pada Valeno. “Apa terjadi sesuatu pada teman saya ini pak? Wajahnya terlihat murung sekali.” tanyanya kepada Valeno. “Dia tidak apa-apa, hanya sedikit shock saja karena suatu hal” jawab Valeno. “Sepertinya kamu teman baiknya. Bagaimana kalau kamu membawa temanmu ini untuk jalan-jalan sebentar sebelum kalian pulang ke rumah? agar pikirannya bisa tenang kembali” lanjut Valeno. Dengan pikiran yang masih penuh dengan tanda tanya Romie mengiyakan perintah dari Valeno dan mengajak Raka jalan-jalan.
Akhirnya Romie membawa Raka ke sebuah taman. Taman tersebut dipilih oleh Romie karena taman itu sangat teduh karena banyak pohon yang tumbuh disitu. Suasananya pun sangat menyejukkan sehingga bisa membuat pikiran menjadi tenang dan segar kembali. Romie melihat sebuah bangku yang cukup panjang disitu. Kemudian dia mengajak Raka untuk duduk disitu. Raka pun masih tetap diam dan hanya mengikuti Romie. Keheningan antara Romie dan Raka membuat suasana menjadi canggung. Akhirnya Romie berinisiatif membuka pembicaraan untuk menghilangkan suasana canggung tersebut. “Masih belum mau cerita? Kau ini senang sekali membuat penasaran temanmu ini” ucapnya. Raka masih terdiam dan tidak mengatakan satu patah kata pun. “Ayolah kawan sampai kapan kau mau terus diam seperti itu? kalau kau memang ada masalah cerita dong. Jangan dipendam sendiri. Siapa tahu aku bisa membantu. Atau paling tidak bebanmu bisa berkurag walau hanya sedikit” katanya lagi. Raka masih saja diam. “Sepertinya kau sudah mulai tidak percaya dengan temanmu ini ya?” tanyanya. “Baiklah, sepertinya tak ada gunanya juga aku disini, kalau begitu aku pulang saja” lanjutnya.
Akhirnya ketika Romie akan beranjak pergi Raka mulai berbicara. “Kau ini terlihat ceria tapi ternyata gampang marah juga” ucapnya. “Cih…” balas Romie dengan sedikit tersenyum. “Jadi si bapak bisu sudah bisa berbicara sekarang?” ledeknya. Raka pun hanya tersenyum. “Aku tidak bisa menceritakan detailnya” ucapnya. “Intinya aku tadi ingin bunuh diri lagi dan gagal lagi” ucapnya dengan sedikit ragu-ragu. “APA? KAU INGIN BUNUH DIRI LAGI? Astaga Raka sebenarnya apa yang ada di otakmu sih?” balas Romie dengan nada sedikit tinggi. “Kenapa kau ingin sekali menghilangkan nyawamu? Apa kau pikir nyawamu itu tidak berharga? Sampai kau ingin membuangnya begitu saja hah?”  lanjutnya masih dengan nada yang sama. “Nyawaku memang tidak berharga” jawab Raka datar. Romie terkejut mendengar jawaban temannya itu. “Jadi menurutmu nyawamu tidak berharga? Baik, kalau kau mau aku bisa membuhmu sekarang juga detik ini juga dengan tanganku sendiri. Tapi aku ada satu pertanyaan untukmu kalau kau sudah meninggal bagaimana dengan kerabat dekatmu? Menurutmu apa yang akan orangtuamu rasakan? Apa kau tidak peduli dengan kedua orangtuamu?” tanya Romie dengan nada yang menahan marah. “Aku tidak peduli. Kau orang yang lebih dari tau kalau aku sangat membenci ayahku. Dan aku pikir ayahku pun tak akan begitu terpengaruh dengan kematianku” jawab Raka. “Lalu bagaimana dengan Ibumu? Kau sangat menyayangi Ibumu kan? Apa kau tega melihat Ibumu menangis terus menerus setiap hari hanya karena memikirkanmu yang sudah meninggal hah?” tanya Romie.
Romie sudah mengepalkan tangannya bersiap-siap untuk memukul sahabatnya itu kalau saja dia akan menjawab tidak peduli. Namun kepalan tangan Romie terlepas ketika melihat reaksi sahabatnya itu. Ternyata sahabatnya itu hanya terdiam dan tetesan air mata keluar dari matanya. Dari situ Romie tahu kalau Raka memang benar-benar menyayangi ibunya. Dia pasti tidak ingin kalau ibunya sampai bersedih. Kemudian dengan menurunkan nadanya Romie mengatakan “Ayolah kawan hilangkan pemikiran bodoh itu dari otakmu. Stop berpikir kalau bunuh diri adalah jalan satu-satunya untuk menyelesaikan masalahmu” katanya. “Pasti ada jalan lain untuk menyelesaikan masalahmu itu. Selain itu menurutku pasti ada maksud lain dari apa yang kau jalani sekarang ini dan suatu saat kau akan mengetahuinya. Jadi bersabarlah dan jalani hidupmu saat ini dengan perasaan senang tanpa beban. ok?” imbuhnya. Masih berlinangan air mata Raka tersenyum mendengar ucapan temannya itu. “Aku tak percaya orang sepertimu bisa mengeluarkan kata-kata seperti itu” ledeknya. “hmm… itu tandanya kau masih belum mengenal sahabatmu ini” jawabnya dengan gurauan.

0 comments:

Post a Comment